Selasa, 05 Oktober 2021

Cerpen: Mengubah Mimpi & Sekuel: Aku Mati Hari Ini

Oleh : MiZ

“Sebenarnya aku punya sebuah rahasia,” ucapku pada Zaki, teman sekelasku. Malam itu kami sedang asyik mengobrol sambil menikmati secangkir kopi hitam di sebuah warung di pojok pesantren.

Mata Zaki seketika membesar demi mendengar perkataanku.”Rahasia apaan? Kok kayak cewek saja kamu ini, Wan. Suka main rahasia-rahasiaan,” dia bertanya plus menggojlok (mengejek) dengan mulut penuh oleh gorengan yang entah sudah keberapa dia makan. Maklum, gorengan di warung ini memang terkenal bikin ngiler.

Aku mengabaikan gojlokannya dan menjawab, “aku bisa melihat masa depan melalui mimpi”.

Spontan suara tawa meledak dari mulut disertai serpihan-sepihan gorengan yang belum dia telan. “Hahaha…. Kepala kamu lagi pusing mikirin pelajaran ya? Sampai bisa bikin lelucon kayak gitu!” ujarnya masih menahan tawa.

Sial, sudah baik hati aku membagi rahasiaku padanya dia malah menganggapnya lelucon! Kalau dia tahu betapa besar dampak kemampuan rahasiaku ini dia pasti nggak akan meremehkannya seperti ini. Sebenarnya Aku tidak pernah menceritakan kemampuanku ini pada siapapun. Hanya Abah Kyai, pengasuh pesantren ini yang mengetahui rahasiaku ini. Itupun setelah aku shock berat ketika melihat diriku berbaring berhenti bernapas dalam mimpi setahun yang lalu itu.

Lalu kenapa malam ini aku membeberkan rahasia itu kepada Zaki? Entahlah, aku sendiri juga tidak begitu yakin. Mungkin karena kami sudah bersahabat sejak lama sehingga aku merasa perlu membagikan rahasia ini padanya. Dan dia malah menganggapnya lelucon. Tapi kuanggap wajar reaksinya itu. Siapa sih yang bisa percaya kalau santri gemar tidur sepertiku ternyata bisa melihat masa depan lewat mimpi?

 “Aku nggak bohong Zak,” balasku setelah menyeruput kopi. “Kalau kamu nggak percaya biar kubuktikan”.

Senyum menantang tergambar di wajah Zaki. “Oke, buktikanlah!”

Aku balas tersenyum. “Tadi malam aku mimpi. Kulihat orang-orang di negeru ini tertawa bahagia dan bangga melihat medali emas. Tapi sebagian dari mereka menangis ketakutan diantara reruntuhan bangunan. Silahkan kau buktikan kebenaran mimpiku besok, Zak!”

Besoknya Aku bakal menyesali keputusanku membagi rahasia ini padanya.

***

“Wan!” sebuah teriakan menyusup ke telingaku. “Bangu, woi! Tidur melulu kamu ini!”

Dengan berat kubuka mataku. Siapa sih yang mengganggu tidurku disiang yang cerah ini? Ternyata si Zaki. Dia sudah duduk di sampingku membawa sebuah koran.

“Ada apa?” Tanyaku seraya mengusap mata.

Zaki menunjukkan koran itu tepat di depan wajahku. “Lihat ini, Wan! Mimpimu semalam ternyata benar.”

Kubaca sekilas koran itu. Indonesia sukses mengantongi medali emas lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya dalam Asian Games. Dan berita tentang bencana gempa bumi di Lombok. Aku tersenyum penuh kemenangan menatap Zaki, “Jadi?”

“Aku percaya sama omonganmu kemarin,” ucap Zaki. “Dua peristiwa yang kamu ramalkan kemarin terlalu tepat untuk disebut sebuah kebetulan. Sory, aku udah nggak percaya duluan kemarin.”

Aku mengangguk.Tidak masalah.

“Ngomong-ngomong bisa nggak kamu melihat masa depan ku, Wan?” Zaki mulai bertanya. Nah, ini dia hal yang paling kutakutkan saat aku membuka rahasiaku, pasti bakal ada yang minta diterawang masa depannya. Memang aku ini peramal?

“Nggak bisa Zak,” jawabku. “Dengar, aku memang bisa melihat masa depan lewat mimpi, tapi itu cuma muncul kadang-kadang. Dan sebagaimana orang normalnya, Aku nggak bisa menentukan apa yang ingin kulihat didalam mimpi.”

Sekuel : Aku Mati Hari Ini

Zaki menggeleng. “Sudah kuduga, makanya Aku bawa ini!” Dia mengeluarkan selembar foto hitam putih ukuran 2x3 dari sakunya. Dirinya yang memakai kopiah hitam dan baju putih berkerah tergambar disana.

Ia melanjutkan, “Aku pernah dengar kalau mimpi seseorang itu biasanya menyangkut hal-hal yang dia lihat dan pikirkan sebelum tidur. Makanya sebelum tidur kamu lihat terus fotoku ini supaya bisa mimpi tentang aku.”

Rasanya perutku mau mual mendengar perkataannya itu. “Idih, ogah banget mantengin foto kamu sebelum tidur. Emang aku cowok apaan? Mendingan lihat fotonya Abah Kyai!”

“Alah, pelit amat sih kamu, Wan! Sahabatnya butuh pertolongan malah nggak nolong!”

“Terserah kamu, deh. Aku mau tidur lagi!” Aku berseru seraya menjatuhkan kepala ke bantal. Beberapa kali Zaki masih merengek, menggoyang-goyang tubuhku sebelum akhirnya dia pergi. Semoga saja dia sudah jera.

***

Ternyata dugaanku salah. Selama beberapa hari kemudian Zaki masih menerorku dengan permintaannya itu. Bahkan ketika meroisi pelajaran Ummul Barohin saat musyawaroh tadi dia malah mengumbar rahasiaku kepada teman-teman sekelas! Tentu saja mereka cuma tertawa terbahak-bahak, mengira Zaki terlalu banyak nonton film kartun. Dan meskipun sudah muak, Aku masih pada pendirianku. Aku tidak akan mau melihat masa depannya.

***

“Jadi dalam mimpimu kamu melihatku tampil saat bahtsu masa’il di serambi masjid?” tanya Zaki setelah mendengar ceritaku

Aku mengangguk. “Nggak cuma itu, kamu bahkan menyangkal para perumus dengan ibarotmu sampai titik darah penghabisan.”

Siang itu senyum mengembang di wajah Zaki.

***

Sejak hari itu Zaki berubah 180 derajat. Dia yang biasanya membisu saat musyawaroh mulai gemar menjawab. Dia yang biasanya ogah-ogahan kalau mencari ibarot sekarang gemar muthola’ah sendiri di perpustakaan setiap malam. Dia yang biasanya sering mengajakku cangkrukan nggak jelas mulai jarang melakukannya.

***

Tidak seperti biasanya, hari ini aku rela berdesak-desakkan dengan santri lain di serambi masjid demi melihat penampilan Zaki. Ya, diakhir tahun ajaran ini dia benar-benar terpilih menjadi salah satu wakil dari angkatan kami mengikuti bahtsul masa’il. Kulihat dia bersemangat mempertahankan jawabannya dan mengkritisi sangkalan peserta lain. Malam itu dia bersinar bagai rembulan tanggal 15.

***

Sebenarnya aku punya sebuah rahasia. Aku berbohong pada Zaki ketika menceritakan isi mimpiku padanya. Waktu itu aku terbangun pukul 03.40 bukan karena melihatnya menjadi aktivis bahtsu masa’il yang bersinar. Dalam mimpi itu aku melihatnya babak belur dipukuli para santri karena ketahuan mencuri uang dari lemariku.[]

Previous Post
Next Post

0 comments: