Selasa, 05 Oktober 2021

Kebodohan yang Memisahkan

 

Oleh : Ahmad Bindara

Kita hidup kini didalam jaringan dunia virtual (yang sesungguhnya), dan kehidupan seperti ini membuat kita menjadi sering frustrasi. Jika kita ingin sadar, begitu banyak orang-orang menghabiskan waktunya untuk hidup di beragam situs jaringan sosial: Facebook, Intagram, Whatsapp dan Path. Orang-orang cenderung beranggapan; mereka akan bahagia dan menemukan banyak hal pengetahuan hanya dengan menggerakkan jari-jari mereka. Lebih dari itu, situs-situs di media sosial kini menjadi media pendidikan utama yang paling banyak diminati bagi orang pemalas dalam belajar.

Dengan bantuan situs-situs di dunia virtual ini, orang-orang juga merasa didekatkan satu sama lain. Mereka merasa dekat dengan teman dan keluarga, walaupun sebenarnya mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu. Kita juga sering melihat orang-orang berkumpul di suatu tempat namun mereka sibuk dan asyik dengan teleponnya masing-masing, itu pemandangan yang sangat menjengkelkan bagi kita. Meraka dekat, sekaligus jauh. Badan mereka di tempat yang sama. Namun, pikiran mereka terpisah ribuan, bahkan ribuan kilometer.

Komunitas di dunia sehari-hari terpisah, ketika justru komunitas di dunia virtual tumbuh. Orang lebih nyaman dengan layar ponsel dan komputer dari pada dengan wajah temannya, atau keluarganya sendiri. Komunikasi pun semakin menjadi dangkal, karena terbatas pada beberapa potong kalimat di layar komputer atau pun telepon genggam yang kerap kali justru menciptakan kesalahpahaman. Gerak tubuh dan ekspresi wajah yang merupakan bagian penting dari komunikasi diantara manusia, kini sudah tidak menarik lagi.

Situs-situs di dunia virtual ini, yang juga kita sebut sebagai jaringan sosial, adalah bentuk hubungan yang memisahkan. Orang akan menciptakan hubungan semu yang justru menghancurkan hubungan dengan sesama manusia, juga acapkali menjadikan hubungan antar manusia menjadi sedemikian dangkal dan sering sekali dipenuhi dengan kepalsuan dan kebohongan-kebohongan.

Yang tercipta kemudian adalah keterputusan antar manusia. Komunikasi yang sebenarnya digantikan dengan komunikasi palsu dan semu. Kadang-kadang ketidak pedulian tercipta. Orang akan lebih sibuk mengejar gosip terbaru dari pada memikirkan tantangan-tantangan kehidupan bersama. Orang-orang tergeser dari hal-hal dalam kehidupan, mereka digiring seperti kambing kedalam ranah pembodohan dan pendangkalan dalam bentuk konsumsi tanpa batas, dan akhirnya mereka akan mati dalam pikiran mereka sendiri.

Kita harus tahu, jika hal-hal tersebut terus berlanjut, masalah-masalah baru akan tercipta. Kesenjangan sosial antara orang kaya dan miskin diberbagai belahan kota akan menjadi semakin besar. Gerak korporasi rakus terhadap diri sendiri di negara kini solah tanpa kontrol. Tak terasa, umat manusia kini bergerak dengan gembira sekaligus bodoh menuju kehancuran sendiri, tanpa mereka mau menyadari.

Ketika pola komunikasi antar manusia menjadi dangkal dan palsu, maka manusia-manusia yang berkembang dalam pola komunikasi semacam itu akan menjadi dangkal dan palsu juga. Maka dari itu, pola komunikasi yang ada pun harus diubah. Dalam konteks ramainya situs-situs jaringan sosial dengan pendangkalan seta pemalsuan informasi, kita perlu memutuskan diri dari semua itu, agar kita bisa membangun komunikasi yang sejati. Kita perlu memutus jaringan justru untuk membangun jaringan hubungan yang sebenarnya.

Melepaskan diri dari jaringan sosial yang menipu dan mendangkalkan membuat kita berjarak dari keadaan. Jarak akan mendorong refleksi dan analisis yang lebih mendalam. Dari sini akan tercipta kebijaksanaan, kebijaksanaan membantu kita secara kritis memilah beragam informasi yang ada, dan akan mengambil keputusan terbaik dari segala kemungkinan yang ada.

Pada akhirnya, bukanlah hidup akan menjadi begitu hampa dan dangkal, jika kita isi dengan konsumsi tanpa batas dari berbagai berita-berita penuh kebohongan belaka yang membuat kita akan terjebak pada kebodohan di dalam benak kepala kita sendiri.[]

Previous Post
Next Post

0 comments: