Selasa, 05 Oktober 2021

Semua Akan Indah Pada Waktunya Eps.10 (Terakhir)


Oleh:M.Ulil Albab

Ada apakah gerangan sampai Nyambek dipanggil Bapak  Mustahiq di awal tahun yang masih sangat muda ini? Tidak seperti biasa-biasanya. Biasanya Nyambek sendiri yang punya inisiatif untuk sowan pada beliau.

SAMBUNGAN………

[7 Sebtember 2014, pukul 19.00]

“Tok, tok,tok. Assalamu’alaikum” kata Nyambek.

“Wa’alaikum salam. Ohh Iqbal, kene Le!” jawab Pak Mufid, Mustahiqnya Nyambek.

“Bagaimana kabar njenengan pak, sehat nggeh?” jawab Nyambek.

“Alhamdulillah sehat, la awakmu piye Le?” tanya Pak Mufid.

“Ugi sehat pak.” jawab Nyambek.

“Langsung ae Le yo, ra usah kakean kembangan. Kamu apa pernah berhubungan dengan salah satu santrinya Yai Munawwar, pengasuh Pondok Pesantren Bambu Runcing?” timpal Pak Mufid.

Duarrr, bagai disambar petir disiang bolong, kok bisa-bisanya Pak Mufid tahu semuanya. Nyambek kira hanya adiknya nyambek, Ifa lah yang mengetahui hubungan si Nyambek dengan Zula.

“Eng, eng, eng,”jawab Nyambek.

“Enggih?” ujar Pak Mufid.

“Enggih pak.” kata Nyambek (gemetar).

“Wes siap nanggung resikone Le?” kata  Pak Mufid.

“Resiko nopo pak?” jawab Nyambek.

“Ilmumu ra barokah!!! Wes ngerti dawuhe Yai Munawwar to? Aku ra ridho yen ono santriku pacaran. Yen pancen seneng, tembungen neng wong tuwone langsung! Wani?” tanya  Pak Mufid

“Mboten pak.” jawab Nyambek.

“Ngene Le, aku biyen yo tau neng posisimu ,sak iki mbasan tak rasak-rasakne, ono seng owah teko awakku. Apalan dadi angel, pelajaran gak nyantol, wes pokok e gak penak lah.” kata  Pak Mufid.

“Nggeh pak.” jawab Nyambek (mengangguk).

“Awakmu iki singone pondok, bintange pondok. Tukang bahtsu, seng diandelne pas ono lomba, santri kesayangane Yai Qodir. Bocah seng mbok senengi kui bulan e pondok. Eman temenan Le opo seng awakmu mbe dekne  cita-citakne dadi sio-sio.” ujar  Pak Mufid.

“Nggeh pak.” jawab Nyambek.

“Jare awakmu pengen melu program tahfidz?” tanya Pak Mufid.

“Nggeh pak.” jawab Nyambek.

“Lha yo, iki saranku ben kabeh berhasil, marenono sak iki. Jodo kui gak bakal kijolan Le. Semua akan indah pada waktunya Le. kata  Pak Mufid.

“Nggeh pak.” jawab Nyambek.

“Ngerti qoidah MAN ISTA’JALA QOBLA AWANIHI ‘UQIBA BIHIRMANIHI to?” tanya  Pak Mufid.

“Nggeh pak.” jawab Nyambek.

“Artekno lan gaweho contoh!” kata  Pak Mufid.

“Barang siapa yang mempercepat sesuatu sebelum waktunya, maka akan terhalang untuk selamanya, ngoten pak?” jawab Nyambek.

“Yo le, iki ono puisi, biyen yo seng tak kirim nek calon bojoku. Kirimen nek bocahe yo, sopo jenenge?” kata  Pak Mufid

“Zaimatum Majzula pak.” jawab Nyambek.

“Pengarep ingkang agung. Jeneng seng apik, seapik bocah e to. Lek pancen jodo bakale petok maneh Le.” kata  Pak Mufid

“Nggeh pak. Siap!” jawab Nyambek.

Yahh begitulah kalau punya Ustadz yang memiliki indra ke 9. Semua yang kita lakukan akan sangat mudah diketahui oleh beliau.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun pun berganti. Dan tibalah saatnya Nyambek memantapkan hati untuk mengakhiri segala macam hubungan denga Zula, baik IG, FB, nomor hp, semuanya dia blokir.

[Jumat, 22 April 2015, pukul 16.30]

Hari ini jum’at minggu ke 2. Berarti saatnya jatah sambangan bagi santri sekitar Semarang dan Blitar. Kuro biasanya sebulan sekali menyambangi adiknya, Zula. Nyambek pun titip surat untuk adiknya, Ifa padahal?

“Eh Kur, titip surat kanggo adikku yo. Lathifah Karimah. Aku gak iso nyambang mergo diutus Abah Yai tindakan. Dititipne nek Mbak-mbak pengurus ae yo!” pinta Nyambek.

“Iyo kang siap!” jawab Kuro.

Adiknya Si Nyambek sudah paham dengan apa yang harus dia lakukan. Walaupun alamat suratnya untuk Ifa, tapi sebenarnya surat itu ditujukan pada gadis yang manisnya kelewatan, siapa lagi kalau bukan Zula. Supaya lolos pemeriksaan keamanan kata. Dasar santri zaman now!

Kurang lebih beginilah isinya :

“Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh. Dengan menyebut nama Allah yang menciptakan makhluknya berpasang-pasang. Apa kabar kamu di sana ning? Semoga sehat selalu. Habis hafalan quran jadi ikut  takhossus nahwu, sharaf dan fiqih kan? Insyaallah aku pun 2 tahun lagi tamat dan melanjutkan hafalan quran yang telah aku cicil.   Oh ya, kemarin tanggal 13 februari kado darimu sudah aku terima, terima kasih bukunnya, sangat menyentuh kalbu. Langsung saja ya, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Benar kata Ustadzku, hafalan dan pelajaranku menjadi berantakan, dikau juga kah? Semoga hafalan quranmu lancar-lancar saja. Aku merasa sangat bersalah sekali. Aku merasa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk melanjutkan hubungan kita. Jadi intinya mulai saat ini kuputuskan segala macam hubungan diantara kita. Jangan cengeng lagi ya. Kalau kita memang ditakdirkan berjodoh, pada tahun 2020 kita akan duduk berdampingan di kursi pelaminan, aminn. Ini ada puisi nggak jelas, dihafalin ya hehehe….

Semua Akan Indah Pada Waktunya

Memanen buah sebelum waktunya

Hanya akan meninggalkan luka

Biarkan dia terus belajar

Sampai semua pelajaran kelar

5 tahun akan cepat berlalu

Bersama malam-malam yang kelabu

Itu bukanlah waktu yang lama

Bila kau memang beharap dia

Fokus, fokus, fokus, fokus

Gunakan otakmu terus menerus

Untuk menghafal Al-Furqan

Biar nanti indah di pelaminan

Rahasia ada di tangan tuhan

Jodoh siapa yang tahu, kawan

Seperti halnya kematian dan rizqi

Semua ada di tangan ilahi

Karena pernikahan hal yang sakral

Hanya terpisahkan oleh ajal

Maka itu jangan main-main

Persiapkan sedini mungkin

 

Dari Kang Santri yang juga naksir kamu

Muhammad Rofiqul ‘Arifin a.k.a. NYAMBEK”

 

Duarrrr, sungguh surat yang menyayat hati. Kado yang tidak mengenakkan di usia Zula yang genap 18 tahun. Hubungan yang 9 bulan dia dan Nyambek bangun harus kandas saat itu juga pemirsa.

Dibalik keputusan yang Nyambek buat, Zula merasakan satu sifat lagi yang dia suka. Bijaksana. Selain humoris tentunya. Hal tersebut menunjukkan kedewasaan dia sebagai laki-laki yang melihat jauh masa depan. Buat apa masa depan kita hancur kalau hanya disebabkan oleh hal yang sepele?

Jarak beberapa hari, Zula menitipkan surat balasan lewat ifa. Seperti yang sudah-sudah, dia tahu apa yang harus dilakukan.

“Kang rofiq, nitip surat buat Kang Iqbal ya, kakak saya. Terima kasih” kata Ifa.

“Iya mbak, sama-sama” jawab Kuro.

Dan sejak itulah mereka putus hubungan total. Tapi  inilah keputusan bersama yang harus mereka jalani. Tak ada lagi surat-menyurat, tak ada dm-dm an, chat-chat an, saling ngelike, apalagi ngucapin hbd.

“Kowe lungo pas aku sayang sayange, kowe tego ninggalke aku dewe”

Bukankan ini sebagi bukti nyata cinta Nyambek yang sangat dalam pada Zula?

[15 April 2020, pukul 15.30]

“Panggilan kepada Zaimmatum Majzula kamar E5 asal Kendal harap segera ke Kantor Pondok dikarenakan mendapat panggilan telepon” kata Pengurus Pondok.

“Mbak Zula bangun mbak, dapat panggilan telepon tuh” ujar ifa.

“Hooaahhh, barusan kah?” jawab Zula.

“Iya mbak, cepetan ke kantor sekarang” kata Ifa.

Jarak kamar E5 ke kantor tidak begitu jauh, 15 langkah sudah sampai. Kamar yang istimewa memang. Kamar yang berisi para penjuang al-quran.

“Tok, tok, tok. Assaalamu’alaikum” ketok Zula pada pintu kantor.

“Wa’alaikumsalam sini zul, dapat telepon dari Abimu” kata Mbak Pengurus Pondok.

“Assaalamu’alaikum abi, pripun kabare Bi?” tanya Zula mengawali percakapan.

“Sehat ndok, sampean yo sehat to?” jawab Pak Miftah.

“Enggeh Bi, wonten nopo kok tumben nelpon?” ujar Zula.

“Ujian akhir e opo ws mulai?” tanya Pak Miftah.

“Benjing niki insyaallah Bi, kulo nyuwun pangestunipun mugi-mugi saget lancar lan pikantok kasil ingkang sae Bi.” kata Zula.

“Iyo nduk, digarap seng temenan yo, lek kasil e apik tak wenehi kado seng uapik!” kata Pak Miftah.

“Nopo Bi?” tanya Zula kepo.

“Kadone neng omah, ujian e lek wes rampung mengko disusul mbe mas rofiq, ben surprize yo!” kata Pak Miftah.

“Nggeh Bi, sepindah maleh nyuwu pandonganipon.” kata Zula.

“Iyo nduk, ngono disik yo, tak enteni neng umah, ati-ati. Wassaalamu’alaikum.” ujar Pak Miftah menutup percakapan.

“Wa’alaikumsalam.” kata Zula.

[21 April 2020, pukul 19.00]

Suasana Pondok Pesantren Bambu Runcing begitu sunyi, maklum hari ini adalah hari terakhir ujian semester genap para santri putri. Suatu hal yang menjadi syarat kelulusan santri dari pondok, tak terkecuali Zula. Memang tahun ini adalah tahun dia menimba ilmu di Pondok Pesantren Bambu Runcing. Lengkap sudah ilmu yang dia pelajari, selain dia sedang mengikuti ujian akhir fan nahwu, sharaf, dan fiqih 4 tahun lalu dia sudah mengkhatamkan hafalan qurannya.

“A’idu dakwah ila hadroti ikhwatina zaimatum majzula bihujroti E5 min kendal yurja huduruha fi kantor bhakti al-an yantadhiruha ad-dhoif” kata Pengurus Pondok.

“Yeyy jemputan udah dateng, aku duluan ya Fa!” kata Zula.

“Iya mbak, semoga selamat sampe di rumah.” jawab Ifa.

Langkah penuh semangat mengiringi kepergian zula. Maklum hari yang dia tunggu-tunggu akhirnya tiba. Dan dia salah satu wisudawan terbaik tahun ini.

“Zul, aku tak sowan nak Abah Yai Munawwar disik yo, mosok mlebu kulo nuwun mulih e nggak pamitan.” kata Kuro.

“Nggeh mas, titip salam damel Abah” jawab Zula.

Sowan ini menjadi yang pertama bagi si Kuro. Walaupun agak gugup, tapi apa daya ini harus dilakukan demi si Adik.

“Yai, sepindah silaturrohim. Kaping kalihipun kulo mewakili adik kulo, Zaimatum Majzula nyuwun agunging pangaksami lan ugi ngaturaken matur suwun ingkah sekatah-katahipun sampun nggulo wentah adik kulo kados putri njenengan kiyambak. Kaping tigonipun  kulo makili keluargi ngaturaken serat nikahan ipun Zula ingkang insyaAllah dipun wontenaken benjing enjing. Lan nyuwun barokah dunganipun mugi-mugi dados keluargi ingkang sakinah, mawaddah, warrohmah Yai.” ujar kuro.

“Amin, amin, amin, iyo ngger mugo-mugo ilmune iso manfaatne kanggo agomo lan negorone yo.” jawab Yai Munawwar.

“Enggeh Yai, nyuwun sewu niki seratipun.” kata Kuro.

Isi surat tersebut sebagai berikut:

[Dengan rahmat dan ridho allah swt yang telah mempertemukan putra-putri kami dalam satu ikatan pernikahan yang bernama :

Nafisah Azizah

Binti H.Miftah dan Hj. Halimah (almh)

dengan

Muhammad Roni An-nizari

Bin H.Zaki Al-mabruri dan Hj.Ruqoyyah

 

Fatihatul Faida

Binti H.Miftah dan Hj. Halimah (almh)

dengan

Muhammad Sholihul Athfal

Bin H.Hendrik dan Hj.Sofiah

 

Maulidatul Faiza

Binti H.Miftah dan Hj. Halimah (almh)

dengan

Muhammad Maulana Abdus-salam

Bin H.Ali Mahrus dan Hj.Kadijah

 

Zaimatum Majzula

Binti H.Miftah dan Hj. Halimah (almh)

dengan

Muhammad Iqbal Al-Khoir

Bin H.Asep Saipudin dan Hj.‘Aisyah

Akad nikah akan dilaksanakan di Masjid Agung Singorojo pada tanggal 22 April 2020 Pukul 07.00]

“Ohh iyo ngger, insyaalloh aku sesok teko yo.” kata Yai Munawwar.

“Nggeh Yai, matur suwun sekatah-katahipun.” jawab Kuro.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.12,itu artinya Kuro harus segera berangkat pulang supaya Zula punya waktu yang cukup untuk beristirahat di rumah sebelum acara dimulai. Tapi apa daya, walapun tol Kediri-Kendal sudah tersambung, ruas Madiun-Ngawi putus akibat terjangan air bah. Kalo sudah begini manusia bisa apa? Akhirnya Kuro memutar melewati jalur pantura. Ya walaupun estimasi nanti nyampe rumah akan lebih lama, bisa jadi ba’da subuh.

 

[22 april 2020, pukul 06.06]

Hari senin ini begitu cerah, tak seperti biasanya. Singorojo yang terletak di ketinggian 1321 mdpl sebenarnya sedang memasuki puncak musim hujan. Apakah ini pertanda baik bagi yang punya hajat?

“Dek tangi dek, wes tekan omah. Kae digoleki Mbak-mbakmu” kata kuro pada Zula.

Zula memang kelelahan, maklum tenaga dan fikirannya habis tercurahkan untuk menghajar ujian akhir pondok kemarin. Hingga dia tertidur pulas sekali.

“Heeemm, barang-barang nk bagasi tulung pean gawakke ya mas.” jawab Zula sambil ngeloyor menuju rumah.

“Yo yo yo” ujar Kuro.

San tak kala zula tersadar.

“Lo mas, ono acara opo ki kok rame temen?” tanya zula.

“Wes to sampean ndang melbu omah, adus, macak seng ayu gek nemoni mbak-mbakmu, ge age.” timpal kuro.

Begitu terkejutnya zula terhadap apa yang dia lihat. Ketiga mbaknya sudah berdandan dengan sangat cantiknya.

“Dek dinggo gaun e iki, make-up artis e nek kamarku yo.” kata Icha.

Gaun yang begitu indah memang. Gaun yang bertabur kristal svarovsky dan dangat comfortable.

Hari itu rumah Pak Miftah yang berlantai 2 dan berasrsitektu jawa kuno memang beda dari biasanya. Banyak orang hilir-mudik kesana-kesini untuk mempersiapkan acara. Acara pernikahan putri Pak Miftah yang berjumlah 4 dan diadakan sekaligus jadi satu.

Pihak Wedding Organizer menyediakan layar projector guna melihat langsung akadan yang dilaksanakan di Masjid Agung Singorojo. Sehingga memungkinkan tamu putri maupun pengantin putri dapat melihat jalannya acara . Dan tibalah saatnya Nyambek melaksanakan akad nikah.

“Qobiltu nikahaha watajzwijaha bimahri 2.249.600 rubiah muajjalan” kata Nyambek dengan mantap.

“Bagaiman saksi, sah?” kata Penghulu.

“Sah, sah, sah” jawab kedua Saksi.

“Mbk Faza, kok aku kayak kenal suara dan wajah lelaki itu?” kata Zula.

“Kui bojomu nduk, aku mbe Mbk Ica karo Mbk Ida ws sewulan dek wingi lek akadan. Sak iki mung awakmu sing urung. Trus resepsine jare Abi dadi siji wae, sekalian ben ruame.” jawab Faza.

“Trus sopo kui seng dadi bojoku mbak?” tanya Zula lagi.

“Yo surprize lah, 15 menit neh mari ngene temu manten to?” jawab ida.

Detik demi detik cepat berlalu, menit pun demikian. Inilah saatnya kedua mempelai dipertemukan. Senyum pengantin wanita tidak berubah sejak 6 tahun lalu, saat Nyambek pertama kali kenal. Begitu juga gigi gingsul dan alis lebatnya.

“Kang Iqbal itulah engkau?” teriak zula dari jarak 10 meter.

Langsung saja Nyambek berlari kecil untuk segera mendekap tubuh Zula dan membacaka doa di ubun-ubunnya.

“Iya dek, ini aku. Takdir Allah lah yang menyatukan kita selama-lamanya.” jawab Nyambek.

Tak terasa mereka berdua menitikkan air mata kebahagian. Rindu yang amat menyiksa telah terobati. Hanya satu pemirsa, ketemuan. Zula juga baru tersadar bahwa Kang Iqballah kado yang dipersiapkan oleh Pak Miftah. Sungguh kado yang teramat indah kala usiaku memasuki tahun ke 23.

Kebahagian mereka berdua bertambah ketika mereka duduk besama dengan Mbak-mbaknya Zula di kursi pelaminan. Mbak-mbaknya Zula yang juga bersanding dengan pasangannya masing masing. Emprit, Banteng, dan Badaklah para lelaki beruntung itu. Kalau sudah ditakdirkan oleh Tuhan, tak ada yang bisa menghalagi memang.

[17 Agustus 2025]

Nyambek dan ketiga iparnya hidup bersebelahan. Mereka ber-8 menempati lahan 2 hektare. Lahan pemberian Pak Miftah. Sesuai permintaan Pak Miftah, Nyambek dan Zula mengurusi Pondok  Quran, Emprit dan Ica memegang sekolah formal milik yayasan, Banteng dan Ida kebagian ekonomi Pondok, serta Banteng dan Faza mengurusi Diniyah yayasan. Sungguh hidup yang sangat mereka idamkan. Hidup dengan pasangan yang mereka cintai dan memperjuangkan agama Allah dengan cara masing-masing.

TAMAT . . . . . . .

Previous Post
Next Post

0 comments: