Selasa, 28 September 2021

Semua Akan Indah Pada Waktunya Eps.08-09

 

 Oleh: M.Ulil Albab

Setelah sarapan selesai, kami berdelapan OTW ke tempat lomba. Kami berangkat dengan 2 mobil, Yaris yang Zula sopiri berisi Mbak Ica, Mbak Ida, dan Mbak Faza, kemudian Fortuner yang Rofiq kendarai berisi Aku,  Pak Miftah, dan Basith.

SAMBUNGAN………

[Senin, 8 juli 2014 pulul 09.00]

Jalanan Singorojo – Boja kami libas dengan tidak begitu lama. Walaupun memiliki kontur berliku khas pegunungan, jalan yang kami lalui sangat mulus  ditambah lagi dengan landskap pegunungan yang terlalu manis untuk dilupakan. Dan tibalah kami sampai di lokasi acara.

“Pak Lik Miftah, Dek Rofiq, sekalian rombongan diaturi Simbah Kakung sarapan teng dalem riyen” kata seorang panitia dengan name tag Chaidar.

“Siapa itu Kur?“ tanyaku lirih pada Rofiq.

“Anaknya Pak Dheku kang” jawab Kuro singkat.

            Benarkan dugaanku selama ini, dia bukan sembarang orang. Dengan kekayaan, tampang dan nasab yang mulia, aku pikir Kuro lebih sempurna daripada aku. AhSU dahlah aku cuma kurang bersyukur pada Tuhan.

“Ooh iyo Le, simbah sehat to?” timpal Pak Miftah.

“Alhamdulillah Lik” jawab Chaidar.

Tak terasa langkah kakiku begitu berat, sebelumnya belum pernah aku senervous ini. Kulihat banyak bangunan tinggi menjulang. Kamar santri, lokal kelas, masjid pondok, dan lain-lain berjejer rapi, jauh indah dari Pondokku Bambu Runcing.

Tak lama setelah kami sarapan dengan segenap Dzuriyyah Pondok Pesantren Maftahul Qur’an, Aku dan Kuro segera memasuki area lomba yang berada di Aula Pondok.

Hampir saja aku gagal lomba, kompetisi yang dibuka oleh Gubernur Jawa Utara, Prof Syauqil Adi Kamijan SS tersebut ternyata berlangsung 1 jam lebih cepat dari jadwal

“Marilah kita panggil peserta nomor urut 12 perwakilan dari Pondok Pesantren Bambu Runcing atas nama Muhammad Iqbal Al-khoir, beri tepuk tangan para hadirin” kata panitia lomba. Kulihat 3 sahabatku, Badak, Emprit dan Banteng sudah standby di baris ke 3 sambil mengordinir teman-teman yang lain.

“Bambu Runcing prok prok prok! Bambu Runcing prok prok prok! Bambu Runcing prok prok prok!” Chant-chant sederhana khas pondokku mengggema di seantero aula.

“Kang Iqbal sudah siap?” kata panitia lomba.

“SUUiap banget pak!” jawabku tegas sambil menyembunyikan kegugupanku.

“Silahkan ambil undiannya dan lansung dibuka kitabnya.” sahut panitia lomba.

“Kitab Ihya’ ‘Ulumuddin juz 3 hal 210.” kataku pada panitia lomba.

“Ya, silahkan dibaca!” kata panitia lomba.

Kitabusy syukri, utawi iki iku mertelaake syukur, asysyukru hua……….(dan seterusnya)” bacaku lancar.

“Berikan penjelasan lafadz asy-syukru dari segi nahwu, sharaf, balaghah, sekaligus syahidnya dan contoh syukur dalam kehidupan sehari-hari” timpal panitia lomba.

“Syukru merupakan kalimat isim, tanda keisimannya adalah masuknya al, syahidnya walismu yu’rofu bial wattanwin ilakh; lebih tepatnya mashdar ghoiru mim menempati urutan ke 3 dalam pentashrifan, syahidnya syakara yasykuru syukron ilakh; dalam segi balaghah apabila suatu musnad ilaih  kemasukan al akan berfaedah li’ahdi, syahidnya tsumma bial isyaratan lima ‘uhid aw lihaqiqotin warubbama tarid; contoh kehidupan sehari-hari menggunakan kuota internet dengan membuka situs-situs yang tidak diblokir oleh pemerintah (internet positif); menikah dengan 4 perempuan sebagai wujud syukur kita kepada allah atas nikmat dunia, kesehatan, akal, dan iman, dan lain-lain.” jawabku.

“Nyambek prok prok prok! Nyambek prok prok prok! Nyambek prok prok prok!” sekali lagi teriakan sahabat-sahabatku terdengar nyaring.

Waktu begitu cepat berlalu, pengumuman pemenang lomba segera dilaksanakan.

“Para hadirin semua, tibalah saatnya kita sambut para champion’s of the competition. Juara 3 diraih oleh Kang suTAYO dari Pondok Pesantren Tambak Brambang Brebes, peringkat ke 2 diperoleh oleh Kang HARIono dari Pondok Pesantren Aret Bengkong Bojonegoro, dan pemenang lomba MQK Ihya’ ‘Ulumuddin kali ini adalah Muhammad Iqbal Al-khoir dari Pondok Pesantren Bambu Runcing!!!  Beri applaus para hadirin semua. Dimohon untuk para pemenang menuju panggung acara dan Bapak Prof Syauqil Adi Kamijan SS untuk menyerahkan piala, piagam, uang pembinaan dan tiket umroh.” kata panitia.

“Alhadulillah Le, perjuanganmu nggak sia-sia,” kata Pak Miftah padaku.

“Iya Pak, terima kasih supportnya selama ini,” jawabku.

“Edan koe Mbek, ngalahne edane Sholikhin!” kata Banteng.

“Yaudah kita syukuran di rumah saja yuk, kebetulan stok dading sapi di kulkas masih banyak. Sore nanti istirahat, malamnya kita masak BBQ, setuju?” ajak Si Kuro.

“Ini ketiga temanmu diajak pula Bal?” rayu Pak Miftah.

Akhirnya setelah rangkaian lomba selesai, kami bersebelas bergegas pulang ke rumah Pak Miftah. Fortuner berisi Aku, Pak Miftah, Kuro, Basith, Badak, Emprit dan Banteng.Sedangkan Yaris berisi Zula, Mbak Ica, Mbak Ida, dan  Mbak Faza.

[Senin, 8 juli 2014 pulul 18.00]

Acara bakar-bakar segera dimulai, para ciwi-ciwi menyiapkan bumbu di dapur sedangkan kami para jomblo  yang kesepian kebagian membakar dagingnya. Malam yang begitu indah, bisa berkumpul dengan konco plekku (teman akrab) dan mengakhiri perjuanganku dengan victory.

Jarum jam menunjukkan pukul 00.12. Disaat yang lain sudah tepar karena kelelahan, kami berempat yaitu Aku sendiri, Badak, Emprit dan Banteng masih meneruskan cangkrukan. Tanpa kuduga, Emprit menanyakan hal aneh.

“Heh cah, anake Pak Miftah ayu-ayu iki sunate neng ndi yo?” tanya Emprit.

“Hehh ngawur koe prit, rasan-rasan neh!” jawab Banteng.

“Wes-wes cah, iki awak dewe ono 4, kae anake Pak Miftah yo ono 4, pye lek semisal kon milih siji-siji” kataku.

“Aku milih Faza dol, body goal banget kui, idaman!” kata Badak.

“c*k ane, pikirane Badak i mesum mesti, aku tak milih Icha ae lah, sesuai karo aku, podo-podo ameh nyandang gelar master, hehehe” jawab emprit.

“Lha koe Teng?” tanyaku pada Banteng.

“Aku ngesir Ida jon, teko sorot motone wes katon lek dek e kui wong teges, masookk pak eko!” jawab Banteng.

“Lha aku brati turahan iki, gari zul tok rek. Gak opo wes, byasane ‘ashobah ki luih akeh bagiane. Aku seneng mesem untune sing gingsul, ambek alis kandel e!” timpalku.

Tak terasa suara kokok ayam mulai bersahutan, itu tandanya kami harus beranjak ke tempat tidur untuk mempersiapkan kepulangan kami besok.

[Selasa, 9 juli 2014 pulul 08.00]

Seperti adat umumnya di negara WKWKLAND, Indonesia, sebelum pulang kami disuruh sarapan dulu. Tak lupa Pak Miftah memberikan oleh-oleh durian siap makan yang diwadahi toples sekalian beliau titip salam buat orang tua kami.

“Ini ada sedikit oleh-oleh, jangan segan-segan dolan (berkunjung) lagi ke sini dan jangan lupa salamku ke orang tua kalian ya!” kata Pak Miftah.

“Siap Pak!!” jawab kami kompak.

“Ini yang manen aku lo Kang, jangan lupa dibawa ya!” kata basith.

“Yang mbungkus itu para saudari, makanya terlihat rapi.” sahut kuro.

Apakah ini kebetulan para pemirsah??? Aku mendapatkan toples berwarna kuning, seperti kerudung yang dipakai Zula saat itu. Dan ketiga temanku juga mengalami hal yang sama. Persis seperti apa yang kami kayalkan semalam. AhSU dahlah mungkin ini cuma kebetulan.

Setelah semuanya siap, kami diantar oleh Kuro menuju Terminal Terboyo. Terminal rasa Pelabuhan gumamku. Bis-bis disini tidak terlihat bannya karena terminal sering terkena banjir rob. Aku pulang ke Malang, Badak ke Kediri, Emprit ke Genuk, dan Banteng ke Kaliwungu.

“Salamku kanggo bapak ibune kabeh yo kang. Eh ameh lali, share no rekening saampean kabeh nek grub, mau Abiku lali ngewenehi sangu ngge muleh” kata Kuro.

“Siap Mas Rofiq, ehh Kuro denk. Aku makili konco-konco njaluk sepurane seng akeh yo, wes nggawe keluargamu repot.” kataku.

“Ora kok Kang, Abi malah seneng lek akeh koncoku seng teko. Nambah sedularan jarene.” jawab Kuro.

12 jam lamanya bis yang aku naiki mengaspal di jalanan, Aku tiba dirumah pukul 7 malam.

“Tok tok tok. Assalamu’alaikum.” teriakku di depan pintu rumah.

“Sinten nggeh?” kata seorang gadis.

“Anake mbok seng ngganteng e ngalahi Aliando Syarap” jawabku.

“Ealaaah, cacakku wes moleh rek, kok praupane sampean ketok semruingah ngono Cak?” tanya Lathifah Karimah, panggilannya Ifa; adikku.

“Iki delok opo seng tak gowo.” jawabku singkat sambil sedikit menyongongkan diri.

“Trophy juara 1 Ihya’ ‘Ulumuddin, setoples duren siap mangan, ambek sekantong gombalan siap cuci Cak!” jawab Ifa penuh semangat.

“Ngerti durene ko sopo?” tanyaku singkat.

“Ko Mbak Zula mesti, selebgram pondok. Aku sering cerito mbek dek e Cak. Omahe onok kebon duren e jare. Yo kan?” jawab Ifa.

“Nilai 100 kanggo adekku seng ayu dewe, ayune lek pas dewe. Weka weka weka.” ledekku.

“Tak bukak yok Cak, buah suenenganku iki” pinta Ifa.

“Iyo adekku.” jawabku singkat.

“cak iki ono surat e nok jerone toples, tak wocone yo?” pinta Ifa.

“Heehh endi, ojo to cah ayu! Aku iso moco dewe. Kene tak gowone, pisan aku kate istirahat nok kamar. Adahe piala sek cukup to?” jawabku.

“Ya Allah sombonge rek, koyone ws gari sak nggon tok cak” jawab ifa

Disaat Ifa asyik menikmati durian gretongan, aku merebahkan tubuhku di atas kasur kusamku. Ya beginilah kondisi rumah peninggalan kakekku, sudah mulai dimakan usia, Bapak yang berprofesi petani belum memiliki budget yang cukup untuk merehab rumah. AhSU dahlah aku udah tidak sabar membaca surat dari Zula.

            ‘’Asslamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dengan menyebut nama Allah SWT, tuhan yang menciptakan makhluk berpasang-pasang. Semoga Akang Iqbal sampai di rumah dengan selamat. Salamku untuk Bapak Ibu di rumah. Ohh ya Kang, aku ingin mengenalmu lebih dalam, aku merasa Akang sosok pria yang selama ini aku dambakan. Ini ada nomor telp 08513022001, Akun FB Zaimatum Majzula, dan IG @zula13201. Akang bebas milih lewat mana menghubungi aku. Sekian dulu, kita sambung lain waktu. Dari gadis yang naksir dikau, Zula.”

WTH, WTF, What? benarkah ini ya robb, apakah dia memiliki perasaan yang sama denganku, mungkinkah aku sedang mimpi. Kucoba mencubit pipiku, terasa sakit pemirsah.

Karuan saja langsung ku stalking FB dan IGnya. Benar kata adekku, selebgram Pondok Pesantren Bambu Kuning ternyata.

“Tringggggg…” suara ringtone Iphone 6 membelah kesunyian malam.

“Halo, dengan siapa ya?” terdengar suara gadis mengangkat telpon.

“Iiiii, iiini, dari iqbal Zul.‘’ jawabku.

“ Ohh Kang Iqbal, pripun kabare Kang?” tanya Zula.

“Alhamdulillah nyampe di rumah dengan selamat Zul.” kataku.

“Maaf suaranya putus-putus kang, di Singorojo lagi hujan lebat, maklum pegunungan. Hehehehe.” kata Zula.

Ya begitulah intro perkenalan kami. Mulai menanyakan hal yang serius sampai yang tidak unfaedah sama sekali.

“Jam 11.00 gini kok belum tidur?” tanyaku kepo.

“Mau begadang nonton Arsenal Kang.” jawawabnya.

“Tim kalahan kok didukung” ledekku.

“Biarin, emang akang nggak suka bola?” tanya dia balik.

“Suka sih, ngefans sama pelatih yang udah 17 tahun mengabdi di Emirates Stadium juga” terangku.

“Lohh sama kan, suka sama tim bapuk juga. Wkwkwk” timpal dia.

“Alasan kamu suka Arsenal?” tanyaku singkat.

“Suka dengan Mesut Oelil kang, pesepak bola muslim di arsenal” jawab Zula.

“Mana ada namanya Mesut Oelil, Mesut Oezil kali” jawabku meluruskan fakta.

“Apa kang, kurang jelas. Suaranya putus-putus” timpal zula.

“Adanya Mesut Oezil pake Zil, Zil pake za’ bukan lil. Oezil bukan Oelil. Oelil mah siapa atuh?” jawabku.

“Ohh iya kah, Mesut Oezil ya pake Zil, maaf lupa” jawab dia.

Liburan kali ini begitu berarti. 2 bulan yang biasanya membosankan, kini cepat berlalu. Yang biasanya hp bututku berisi chat-chat sesama teman cowok, sekarang pasti ada chat dari Zula yang nyelip diantara chat-chat mereka.

[Sabtu, 7 sebtember 2014]

Treng teng teng teng teng, suara bel jadul membelah lautan berpeci hitam. Itu tandanya KBM di Madrasah Bambu runcing aktif kembali setelah vakum hampir 2 bulan.

“Mbekk, pie kabare?” suara Badak sambil  menghampiriku.

“Alhamdulillah Dak, awak dewe sekelas maneh yo?” jawabku.

“Iyo lah, sak mertuo paling malahan. Wkwkwk” canda dia.

“Ora mungkin, hahaha” jawabku singkat.

“Jare Banteng, awakmu ditimbali Pak Mufid maeng, kon sowan neng base camp” kata Badak.

“Iyo a, iyo nko tak moro pas istirahat ae Dak.” jawabku.

Ada apakah gerangan sampai aku dipanggil Bapak  Mustahiq di awal tahun yang masih sangat muda ini? Tidak seperti biasa-biasanya. Biasanya aku sendiri yang punya inisiatif untuk sowan pada beliau.

BERSAMBUNG………

Previous Post
Next Post

0 comments: