Darah Juang
Oleh : Yahya Ibnu Hanbal
Di pagi hari
yang gemetar, kawan
Kau maju
tanpa gentar
Tak peduli
lecut kilat menyambar
Dan guntur
yang kian menggelegar
Beribu doa
bergelayut di ayunan langkahmu
Tatap garuda
meresat dari kerongkonganmu
Tatap matamu
tajam bagai tombak bambu
Dan api yang
menyala semakin berkobar di dadamu
Merah dan
Putih
Tak hanya
terikat di kepalamu
Bahkan erat
tertancap di semangatmu
Meski
kulitmu dirobek-robek mata pisau
Meski
jantungmu tembus ditikam peluru
Kau terus
menerjang!
Tak
terhalang!
Biarlah!
Biar
keringat dan darah mengucur
Jatuh
membanjiri
Menjadi
saksi
Bagi tanah
pertiwi
Lirboyo, 10 November 2018
Mereka bilang
Oleh : FH
Mereka
bilang
Manusia
harus begini
Berkumpul,
bersorak, dan bernyanyi
Kuturuti,
agar kemanusiaanku
Sesuai versi
mereka
Meski aku
bukan aku lagi
Mereka
bilang
Belum cukup!
Kau masih
dalam keakuan-mu
Ku turruti,
ambil!
“Ambil semua
milikku” kataku
Dan tak usah
ada kembaliannya
Mereka
bilang
Harus semua
dan tambah!
Aku bilang, “apa
yang tersisa?”
Tak ada lagi
kecuali nyawa
Dan
kesendirianku
Mereka
bilang
Itu juga!
Kau bilang
“tidak bisa!”
Karena itu
penandamu
Bahwa aku
juga manusia
Lirboyo, tak usahlah bertanggal
Kepada Puisi
Oleh : ahmadbindara_02
Puisi telah
memilihku menjadi celah sunyi
Diantara
baris-barisnya yang terang
Dimintanya
aku tetap redup dan remang
Sambil
mengawasi matamu membias menjadi rembulan
Irfan.., kau
adalah mata, dan aku air mata
Doa Malam
Oleh : ahmadbindara_02
Tuhan
yang merdu,
Terimalah
doaku :
“semoga Irfan
tidur terlelap membawa namaku”
0 comments: