Oleh : AchmadBindara02*
Sejak kecil, saya sudah diajarkan
untuk berbuat baik. Saya juga diajarkan bagaimana cara membantu seseorang
ketika berada dalam keadaan sulit. Benih-benih kebaikan itu selalu ditanam oleh
kedua orang tua sejak saya masih kecil, mereka selalu mendongengkan cerita
peri–peri disaat saya ingin terlelap dari tidur disetiap malam. Sehingga sampai
sekarang, saya berani bertindak ketika orang lain membutuhkan pertolongan. Saya
bersyukur, mempunyai kedua orang tua yang selalu rajin mendongengkan cerita
bijak disetiap malam. Disaat saya dewasa, saya merindukannya.
Anda tahu berbuat baik adalah nilai
yang cukup mulia, dan semua agama pasti mengajarkannya. Itu biasa kita temui
disemua peradaban manusia yang telah menjadi sejarah didalam kehidupan. Namun,
ada masalah tersembunyi yang membuat budi pekerti luhur itu kini tidak lagi
menjadi baik. Orang-orang kini sudah berubah, sesuatu yang dulu kini bukanlah
yang sekarang. Dan kini kebaikan sudah mulai bisa dilakukan orang baik maupun
orang jahat. Anda harus percaya itu!
Banyak perbuatan baik justru sering
membuat susah keadaan orang lain. Orang-orang akhirya hidup dalam
ketergantungan pada sesama. Mereka menjadi malas untuk berdiri di atas kaki
sendiri dalam hidupnya. Lebih dari itu, kebaikan bisa membunuh orang lain. Ada
pepatah lama yang menggatakan dan mungkin itu benar, ”jalan ke neraka kerap
kali dilapisi dengan kehendak baik”.
Dalam ingatan, saya masih ingat saat
Hitler memusnahkan ribuan orang Yahudi atas nama kehendak rakyat Jerman pada
awal abad 20. Soeharto membantai ratusan ribu manusia atas nama kehendak baik
bagi kejayaan Repuplik Indonesia. Yang membuat saya sedih, kabar berita baru
dari dunia tentang kematian Jamal Khashoggi. Mungkin pangeran Muhammad Bin
Salman menjadi otak atas terbunuhnya Jamal Khashoggi, saya yakin. Jamal
Khashoggi adalah seorang penulis kelahiran Arab Saudi, ia selalu aktif atau
sering mengkritisi pemerintahan putra mahkota Raja Salman, sehingga memaksa ia
harus berakhir dengan nyawa. Ia dibunuh untuk kebaikan kepentingan negara
bersih dari dogma-dogma yang dibuat Jamal dalam penulisannya.
Saya bingung dengan semua itu,
mungkin mereka mengira perbuatannya adalah perbuatan baik untuk agama dan
negara. Saya berpikir-pikir; mengapa begitu banyak perbuatan baik justru
menghasilkan penderitaan lebih besar, mengapa perbuatan baik justru berbahaya?
Selama
sepekan, saya berusaha untuk mencari jawaban-jawaban yang terlahir dari
pertanyaan di dalam benak saya sendiri. Jawaban itu saya temukan di dalam buku
yang berjudul “Pemahaman Perdamaian Dunia”. Di dalam buku, Reza A.A Wattimena;
penulis, menggambarkan pamrih. Kehendak baik menjadi jalan ke neraka, ketika ia
dilumuri dengan kepentinagn kotor. Menurut Reza, itu terjadi karena orang yang
berbuat baik tidak memiliki kejernihan pikiran. Pikirannya dilumuri dengan
perhitungan untung rugi dan jahat belaka.
Di dalam buku itu, saya juga
menemukan 4 teori berbuat baik. Iya, semua perbuatan memang selalu ada
teorinya, dan Semua orang perlu setiap teori-teori yang ada, agar orang-orang
tidak mudah terjerumus ke jalan neraka.
Teori yang pertama berbuat
baik dalam bentuk pemenuhan fisik. Jika anda melihat ada seorang kelaparan,
hati anda tergerak untuk memberi makan. Jika seorang kehausan anda tidak berat untuk
memberi minum orang tersebut. Mungkin ini teori atau tindakan baik yang paling
rendah. Semua orang pasti bisa melakukannya.
Kedua, bertindak baik dengan memberikan
inspirasi kepada orang lain untuk menjadi mandiri. Orang lain perlu memperoleh
inspirasi agar dia bisa bertindak dalam semua permasalahannya. Kemudian ia
nantinya bisa memotivasi dirinya ketika dirinya dalam keadaan sulit. Ia
berkembang seperti api bagi dirinya sendiri untuk mengatasi setiap permasalahan
yang muncul dan berloncatan dalam kehidupannya.
Ketiga, berbuat baik dengan menjelaskan
kepada orang lain hakikat sesungguhnya dari kenyataan yang ada. Artinya, Anda
mengajarkan kepada orang lain tentang kebenaran dengan kenyataan yang ada pada
hukum. Anda bisa mengatakan dengan enteng kepada orang, jika mencuri itu tidak
diperbolehkan oleh Agama Islam, dan semua agama tidak mengajarkan mencuri dan berbuat buruk kepada orang lain.
Keempat, mungkin ini yang tertinggi; berbuat
baik dengan menjelaskan fungsi yang tepat dari segala sesuatu kepada orang
lain, sehingga orang-orang bisa menggunakan segala hal yang dia punya bodhisattva.
Orang tidak menolak apapun. Orang-orang cenderung menerima segalanya, termasuk
hal-hal yang dianggap jelek oleh sekitar, dan kemudian menggunakan semuanya
untuk menolong semua makluk.
Namun, kesadaran akan fungsi yang
tepat dari segala sesuatu ini hanya mungkin jika seseorang menyadari jati diri
sejati manusia. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ini, orang kerap
kali menggalami penderitaan dijalan hidupnya. Penderitaan disini dilihat
sebagai bagian jalan menuju kesadaran.
Keempat bentuk kebaikan diatas harus
dilakukan jika Anda sudah mendapatkan kejernihan didalam batin dan pikiran.
Jika pikiran anda masih kacau oleh kepentingan diri dan nafsu kotor maka jangan
berbuat baik, lebih-lebih jika pikiran Anda masih dilumuri oleh perhitungan
untung rugi, perbuatan yang didasari oleh pamrih dan kekacauan pikiran justru
akan melahirkan kejahatan dan penderitaan yang akan lebih besar.
Dalam arti ini, Anda perlu menolong
diri Anda sendiri terlebih dahulu sebelum menolong orang lain. Anda perlu
berbuat baik pada diri Anda sendiri sebelum Anda berbuat baik pada orang lain.
Artinya, Anda harus “selesai” dengan diri Anda sendiri, maka jangan coba- coba
membantu orang lain. Itu hanya akan membuat Anda menjadi susah dan menderita
serta akan merembet kepada oarang-orang di sekitar Anda.
Bukanlah orang buta menuntun orang buta akan membuat keduanya
masuk kedalam jurang?
Bindara Pujangga
*Santri
HY Kamar 02 kelas 2 ‘Aliyyah MHM
0 comments: