Selasa, 07 September 2021

Kebaikan Menuju Jalan ke Neraka

Oleh : AchmadBindara02*

Sejak kecil, saya sudah diajarkan untuk berbuat baik. Saya juga diajarkan bagaimana cara membantu seseorang ketika berada dalam keadaan sulit. Benih-benih kebaikan itu selalu ditanam oleh kedua orang tua sejak saya masih kecil, mereka selalu mendongengkan cerita peri–peri disaat saya ingin terlelap dari tidur disetiap malam. Sehingga sampai sekarang, saya berani bertindak ketika orang lain membutuhkan pertolongan. Saya bersyukur, mempunyai kedua orang tua yang selalu rajin mendongengkan cerita bijak disetiap malam. Disaat saya dewasa, saya merindukannya.

Anda tahu berbuat baik adalah nilai yang cukup mulia, dan semua agama pasti mengajarkannya. Itu biasa kita temui disemua peradaban manusia yang telah menjadi sejarah didalam kehidupan. Namun, ada masalah tersembunyi yang membuat budi pekerti luhur itu kini tidak lagi menjadi baik. Orang-orang kini sudah berubah, sesuatu yang dulu kini bukanlah yang sekarang. Dan kini kebaikan sudah mulai bisa dilakukan orang baik maupun orang jahat. Anda harus percaya itu!

Banyak perbuatan baik justru sering membuat susah keadaan orang lain. Orang-orang akhirya hidup dalam ketergantungan pada sesama. Mereka menjadi malas untuk berdiri di atas kaki sendiri dalam hidupnya. Lebih dari itu, kebaikan bisa membunuh orang lain. Ada pepatah lama yang menggatakan dan mungkin itu benar, ”jalan ke neraka kerap kali dilapisi dengan kehendak baik”.

Dalam ingatan, saya masih ingat saat Hitler memusnahkan ribuan orang Yahudi atas nama kehendak rakyat Jerman pada awal abad 20. Soeharto membantai ratusan ribu manusia atas nama kehendak baik bagi kejayaan Repuplik Indonesia. Yang membuat saya sedih, kabar berita baru dari dunia tentang kematian Jamal Khashoggi. Mungkin pangeran Muhammad Bin Salman menjadi otak atas terbunuhnya Jamal Khashoggi, saya yakin. Jamal Khashoggi adalah seorang penulis kelahiran Arab Saudi, ia selalu aktif atau sering mengkritisi pemerintahan putra mahkota Raja Salman, sehingga memaksa ia harus berakhir dengan nyawa. Ia dibunuh untuk kebaikan kepentingan negara bersih dari dogma-dogma yang dibuat Jamal dalam penulisannya.

Saya bingung dengan semua itu, mungkin mereka mengira perbuatannya adalah perbuatan baik untuk agama dan negara. Saya berpikir-pikir; mengapa begitu banyak perbuatan baik justru menghasilkan penderitaan lebih besar, mengapa perbuatan baik justru berbahaya?

            Selama sepekan, saya berusaha untuk mencari jawaban-jawaban yang terlahir dari pertanyaan di dalam benak saya sendiri. Jawaban itu saya temukan di dalam buku yang berjudul “Pemahaman Perdamaian Dunia”. Di dalam buku, Reza A.A Wattimena; penulis, menggambarkan pamrih. Kehendak baik menjadi jalan ke neraka, ketika ia dilumuri dengan kepentinagn kotor. Menurut Reza, itu terjadi karena orang yang berbuat baik tidak memiliki kejernihan pikiran. Pikirannya dilumuri dengan perhitungan untung rugi dan jahat belaka.

Di dalam buku itu, saya juga menemukan 4 teori berbuat baik. Iya, semua perbuatan memang selalu ada teorinya, dan Semua orang perlu setiap teori-teori yang ada, agar orang-orang tidak mudah terjerumus ke jalan neraka.

Teori yang pertama berbuat baik dalam bentuk pemenuhan fisik. Jika anda melihat ada seorang kelaparan, hati anda tergerak untuk memberi makan. Jika seorang kehausan anda tidak berat untuk memberi minum orang tersebut. Mungkin ini teori atau tindakan baik yang paling rendah. Semua orang pasti bisa melakukannya.

Kedua, bertindak baik dengan memberikan inspirasi kepada orang lain untuk menjadi mandiri. Orang lain perlu memperoleh inspirasi agar dia bisa bertindak dalam semua permasalahannya. Kemudian ia nantinya bisa memotivasi dirinya ketika dirinya dalam keadaan sulit. Ia berkembang seperti api bagi dirinya sendiri untuk mengatasi setiap permasalahan yang muncul dan berloncatan dalam kehidupannya.

Ketiga, berbuat baik dengan menjelaskan kepada orang lain hakikat sesungguhnya dari kenyataan yang ada. Artinya, Anda mengajarkan kepada orang lain tentang kebenaran dengan kenyataan yang ada pada hukum. Anda bisa mengatakan dengan enteng kepada orang, jika mencuri itu tidak diperbolehkan oleh Agama Islam, dan semua agama tidak mengajarkan  mencuri dan berbuat buruk kepada orang lain.

Keempat, mungkin ini yang tertinggi; berbuat baik dengan menjelaskan fungsi yang tepat dari segala sesuatu kepada orang lain, sehingga orang-orang bisa menggunakan segala hal yang dia punya bodhisattva. Orang tidak menolak apapun. Orang-orang cenderung menerima segalanya, termasuk hal-hal yang dianggap jelek oleh sekitar, dan kemudian menggunakan semuanya untuk menolong semua makluk.

Namun, kesadaran akan fungsi yang tepat dari segala sesuatu ini hanya mungkin jika seseorang menyadari jati diri sejati manusia. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ini, orang kerap kali menggalami penderitaan dijalan hidupnya. Penderitaan disini dilihat sebagai bagian jalan menuju kesadaran.

Keempat bentuk kebaikan diatas harus dilakukan jika Anda sudah mendapatkan kejernihan didalam batin dan pikiran. Jika pikiran anda masih kacau oleh kepentingan diri dan nafsu kotor maka jangan berbuat baik, lebih-lebih jika pikiran Anda masih dilumuri oleh perhitungan untung rugi, perbuatan yang didasari oleh pamrih dan kekacauan pikiran justru akan melahirkan kejahatan dan penderitaan yang akan lebih besar.

Dalam arti ini, Anda perlu menolong diri Anda sendiri terlebih dahulu sebelum menolong orang lain. Anda perlu berbuat baik pada diri Anda sendiri sebelum Anda berbuat baik pada orang lain. Artinya, Anda harus “selesai” dengan diri Anda sendiri, maka jangan coba- coba membantu orang lain. Itu hanya akan membuat Anda menjadi susah dan menderita serta akan merembet kepada oarang-orang di sekitar Anda.

Bukanlah orang buta menuntun orang buta akan membuat keduanya masuk kedalam jurang?

Bindara Pujangga

*Santri HY Kamar 02 kelas 2 ‘Aliyyah MHM

Previous Post
Next Post

0 comments: