Selasa, 07 September 2021

Semua Akan Indah Pada Waktunya Eps.06

 


 Oleh:M.Ulil Albab

Tibalah mereka berdua melewati tikungan tajam.

“Brakkkkk” suara tabrakan RX-KING dengan Elf terdengar sampai 200 meter jauhnya.

“Enek tabrakan woy, ayo cepat ditolong kasihan” teriak salah satu warga desa ke warga lain.

Darah berceceran, grill Elf rusak, velg motor bengkok. Tuhan menimpakan musibah pada mereka berdua.

SAMBUNGAN………

Satu, dua, tiga jam cepat berlalu. Saat Kang Iqbal membuka matanya, dia baru sadar bahwa sekarang sudah berada di ruang intensif care unit RSUD Karyadi Semarang. Ruang Bougenville kamar 12 A dengan 2 ranjang yang ber-name tag Muhammad Iqbal Al-Khoir dan Ahmad Rofiqul ‘Arifin (nama asli dari nyambek dan kuro) tepatnya.

Bapak sengaja memilih di ruangan tersebut supaya Kang Iqbal  dan Mas Rofiq cepat sembuh. Walaupun tarif yang dipatok lumayan mahal. Mungkin Bapak masih trauma atas kejadian meninggalnya ibu dulu. Ibuku meninggal 5 tahun lalu atau disaat aku masih berumur 12 tahun, sehabis wisuda kelulusan SD. Ibu meninggal karena kanker serviks stadium akhir. Sedih mengingatnya, kehilangan salah satu pahlawan dalam hidupku.

Disaat beginilah kebanyakan manusia baru tersadar akan kekhilafannya. Tak terkecuali Kang Iqbal  dan Mas Rofiq. Seperti yang telah didawuhkan oleh Nabi Muhammad SAW “Aktsiru min dzikril mauti, fainnahu yumahhishudz dzunuba”.

Mungkin akan akibat keengganan kedua kakakku ini dalam mematuhi perintah Bapak? Ahsu dahlah pertanyaan tidak penting  untuk dicari jawabannya wahai pemirsa. Yang terpenting sekarang bagaimana semaksimal mungkin aku merawat kedua kakakku ini.

Saudara-saudaraku yang lain masih berada di pondoknya masing-masing, belum liburan. Mbak pertama masih mondok di kota gudeg, Krapyak Yogyakarta. Mbak kedua di kota kretek, Yanbu’ul Quran Kudus. Mbak ketiga di kota garam, Sarang Rembang. Adik keenam di kota santri, Tebu ireng Jombang. Jadilah aku yang mengurusi semua kebutuhan mereka berdua.

“Eh mbak Zula, bisa ambilin air botol” kata Kang Iqbal padaku.

“Ohh ini Kang, hati-hati tangannya masih memar. Lain kali manggilnya adek saja ya Kang, kan tuaan akang 5 tahun” jawabku pada Kang Iqbal.

“Ohhh  yaya yaya, dek Zula” jawabnya singkat.

Tak sengaja Nyambek menyentuh tangan gadis tersebut. Tangan yang setiap hari setia memegang erat Al-quran. Selembut kain sutra mungkin kalau bisa digambarkan. Selembut hati yang memilikinya.

“Mas Rofiq belum siuman kah dek?” tanya Kang Iqbal memulai obrolan.

“Belum kang, biarin tidur kang. Kasihan juga saya melihatnya” jawabku.

“Tak tung tak tung tak tung tak tung” suara rigtone hp Polytron c201 berOS java berdering.

“Ohh dari abi, assalamu’alaikum bi”salamku pada bapak.

“Wassalamu’alaikum Zul, gimana keadaan masmu dan Kang Iqbal? Sudah siuman kan?” tanya Bapak padaku.

“Ini baru Kang Iqbal bi, ni orangnya” jawabku.

“Assalamu’alaikum pak, di mana sekarang?” tanya Nyambek.

“Ini lagi rapat mendadak di kantor kecamatan nak. Bupati beserta Muspida akan mengunjungi peternakan bebek milik pemerintah kecamatan, berhubung jadi pilot project Kemenkeu yang berhasil mengentaskan kemiskinan akhirnya Bupati tertarik mengunjunginya. Kamu sudah baikan kan? Hari Minggu InsyaAllah boleh pulang loh” tanya balik Bapak pada Kang Nyambek.

“Sudah pak alhamdulillah, terima kasih semuanya, bapak dilanjut dulu rapatnya, disini masih ada mbak Zula kok” jawab kang Nyambek.

“Hiihh, dibilangin jangan pakek mbak, nanti keliatan tua loh akunya” protesku.

“biarin, yang penting kamunya tetap manis!” candaku sambil menjulurkan lidah.

Ya, 2 hari lagi Mas Rofiq dan Kang Iqbal boleh meningggalkan hotel pesakitan. Tentunya dengan harapan semoga lomba MQKnya Kang Iqbal di Pondok Pesantren Maftahul Quran Boja, Kendal lancar. Aminn ya robb.

BERSAMBUNG………

Previous Post
Next Post

0 comments: