Oleh:M.Ulil Albab
Tibalah mereka berdua melewati tikungan tajam.
“Brakkkkk” suara tabrakan RX-KING dengan Elf terdengar
sampai 200 meter jauhnya.
“Enek tabrakan woy, ayo cepat ditolong kasihan” teriak
salah satu warga desa ke warga lain.
Darah berceceran, grill Elf rusak, velg motor bengkok.
Tuhan menimpakan musibah pada mereka berdua.
SAMBUNGAN………
Satu, dua, tiga jam cepat berlalu. Saat
Kang Iqbal membuka matanya, dia baru sadar bahwa sekarang sudah berada di ruang
intensif care unit RSUD Karyadi Semarang. Ruang Bougenville kamar 12 A dengan 2
ranjang yang ber-name tag Muhammad Iqbal Al-Khoir dan Ahmad Rofiqul ‘Arifin (nama
asli dari nyambek dan kuro) tepatnya.
Bapak sengaja memilih di ruangan
tersebut supaya Kang Iqbal dan Mas Rofiq
cepat sembuh. Walaupun tarif yang dipatok lumayan mahal. Mungkin Bapak masih
trauma atas kejadian meninggalnya ibu dulu. Ibuku meninggal 5 tahun lalu atau
disaat aku masih berumur 12 tahun, sehabis wisuda kelulusan SD. Ibu meninggal
karena kanker serviks stadium akhir. Sedih mengingatnya, kehilangan salah satu
pahlawan dalam hidupku.
Disaat beginilah kebanyakan manusia baru
tersadar akan kekhilafannya. Tak terkecuali Kang Iqbal dan Mas Rofiq. Seperti yang telah didawuhkan
oleh Nabi Muhammad SAW “Aktsiru min dzikril mauti, fainnahu yumahhishudz
dzunuba”.
Mungkin akan akibat keengganan kedua
kakakku ini dalam mematuhi perintah Bapak? Ahsu dahlah pertanyaan tidak penting
untuk dicari jawabannya wahai pemirsa.
Yang terpenting sekarang bagaimana semaksimal mungkin aku merawat kedua kakakku
ini.
Saudara-saudaraku yang lain masih berada
di pondoknya masing-masing, belum liburan. Mbak pertama masih mondok di kota
gudeg, Krapyak Yogyakarta. Mbak kedua di kota kretek, Yanbu’ul Quran Kudus.
Mbak ketiga di kota garam, Sarang Rembang. Adik keenam di kota santri, Tebu
ireng Jombang. Jadilah aku yang mengurusi semua kebutuhan mereka berdua.
“Eh mbak Zula, bisa ambilin air botol”
kata Kang Iqbal padaku.
“Ohh ini Kang, hati-hati tangannya masih
memar. Lain kali manggilnya adek saja ya Kang, kan tuaan akang 5 tahun” jawabku
pada Kang Iqbal.
“Ohhh
yaya yaya, dek Zula” jawabnya singkat.
Tak sengaja Nyambek menyentuh tangan
gadis tersebut. Tangan yang setiap hari setia memegang erat Al-quran. Selembut
kain sutra mungkin kalau bisa digambarkan. Selembut hati yang memilikinya.
“Mas Rofiq belum siuman kah dek?” tanya
Kang Iqbal memulai obrolan.
“Belum kang, biarin tidur kang. Kasihan
juga saya melihatnya” jawabku.
“Tak tung tak tung tak tung tak tung”
suara rigtone hp Polytron c201 berOS java berdering.
“Ohh dari abi, assalamu’alaikum bi”salamku
pada bapak.
“Wassalamu’alaikum Zul, gimana keadaan
masmu dan Kang Iqbal? Sudah siuman kan?” tanya Bapak padaku.
“Ini baru Kang Iqbal bi, ni orangnya”
jawabku.
“Assalamu’alaikum pak, di mana
sekarang?” tanya Nyambek.
“Ini lagi rapat mendadak di kantor
kecamatan nak. Bupati beserta Muspida akan mengunjungi peternakan bebek milik
pemerintah kecamatan, berhubung jadi pilot project Kemenkeu yang berhasil
mengentaskan kemiskinan akhirnya Bupati tertarik mengunjunginya. Kamu sudah
baikan kan? Hari Minggu InsyaAllah boleh pulang loh” tanya balik Bapak pada
Kang Nyambek.
“Sudah pak alhamdulillah, terima kasih
semuanya, bapak dilanjut dulu rapatnya, disini masih ada mbak Zula kok” jawab
kang Nyambek.
“Hiihh, dibilangin jangan pakek mbak, nanti
keliatan tua loh akunya” protesku.
“biarin, yang penting kamunya tetap
manis!” candaku sambil menjulurkan lidah.
Ya, 2 hari lagi Mas Rofiq dan Kang Iqbal
boleh meningggalkan hotel pesakitan. Tentunya dengan harapan semoga lomba
MQKnya Kang Iqbal di Pondok Pesantren Maftahul Quran Boja, Kendal lancar. Aminn
ya robb.
BERSAMBUNG………
0 comments: