Selasa, 28 September 2021

Panduan Praktis Menulis


Oleh : A.M. Bindara

Kadang-kadang ada saja orang yang sanggup melakukan tindakan-tindakan sembrono (ceroboh). Salah satunya begini : “Pada suatu hari ada seseorang mengirimkan pesan surat ke saya, menyatakan sudah lama membaca tulisan-tulisan saya, sesekali suka, sesekali jengkel, sesekali murka (saya pikir itu reaksi normal saja sebagai pembaca)”. Di ujung pesannya ia menyampaiakan keinginan untuk mendengar pendapat saya tentang bagaimana menulis dengan baik dan mudah.

Saya membalas surat : “Anda meminta saran kepada orang yang keliru.” Ia bersih keras ingin mendapatkan saran dari saya. Ia membalas lagi, “Pokoknya, saya ingin mendapatkan saran dari Anda”, katanya.

Pada hari ketiga saya tidak sanggup lagi mengelak dan akhirnya menuruti saja kemauannya memberikan saran. Maka, dengan reputasi nol dalam bidang ilmu tulis-menulis, saya menyampaikan kepadanya apa yang saya bisa sampaikan. Pertama, saya tawarkan iklan kepada Anda sebelum bicara lebih jauh tentang kepenulisan. Bunyinya begini :”Anda ingin menjadi penulis yang mengalir dan kreatif?” Dekatkan tangan Anda dengan otak Anda.

Kita harus tahu, diantara anggota tubuh lain, tangan adalah alat tubuh yang paling dekat hubungannya dengan pikiran kita. Otak kita merancang sesuatu. Dan tangan kita yang mengerjakannya (kecuali mungkin pemain sepak bola, sepak takraw, atau pemain sepak-sepak lainnya. Namun di luar lapangan, para penyepak itu tetap mengerjakan apa yang ada dalam pikiran mereka dengan tangan juga).

Karena itu, beri kesempatan kepada tangan Anda untuk melakukan apa yang memang menjadi kesukaannya. Jangan membiarkannya menjadi penganggur, kasihan ia. Jika ia betul-betul ingin menulis, biarkan ia menjalin kerja sama dengan otak, kawan karibnya. Seorang penulis –saya tak ingat namanya- menyatakan, kira-kira begini : “Tulis apa saja yang ada dalam pikiran Anda, dan segala yang berkecamuk di dalam pikiran itu akan menemukan jalan keluar.” Ketika kita menulis, katanya : “Tangan mewujudkan apa yang ada dipikiran kita.”

Kedua, menulislah dengan buruk. Saya tidak sedang berolok-olok ketika menyarankan kepada Anda agar menulis buruk. Terus terang, saya sendiri selalu menulis buruk untuk menghasilkan draft atau paragraf pertama tulisan saya. Artinya draft pertama saya pasti melompat-lompat, alurnya kacau, kalimat-kalimatnya mungkin tidak indah sama sekali, dan sebagainya.

Tapi, menurut saya sesuatu yang kacaupun tetap lebih baik ketimbang tidak ada sama sekali. Saya, berpikir bahwa lebih baik menghasilkan draft tulisan yang buruk ketimbang hanya merenungi kertas kosong selama berjam-jam. Biasanya saya membuat draft pertama dengan kertas corat-coretan tangan. Baru kemudian saya salin di buku catatan. Ini memudahkan bagi saya karena saya bisa menulis dimana saja asal ada kertas dan pena.

Dengan draft yang buruk, Anda memiliki kesempatan berikutnya untuk membuatnya menjadi lebih baik. Akan tetapi jika kertas Anda tetap kosong, Anda hanya memiliki kesempatan berikutnya untuk bengong lagi.

Saya tahu bahwa Anda seperti banyak orang lain yang berminat menulis, pasti ingin menghasilkan tulisan yang baik. Oke, itu keinginan yang baik. Paling tidak, Anda ingin menulis sebagus karya-karya para penulis yang Anda sukai. Itu jika Anda memiliki penulis idola, sebab ada juga satu dua orang yang ingin melahirkan karya orisinil sehingga mereka tidak mau membaca. Orang-orang jenis terakhir ini takut bahwa membaca akan mempengaruhi karya mereka dan itu akhirnya tidak lagi orisinil menurut mereka. Ini pandangan yang aneh sekali dan menyalahi prinsip pergaulan secara umum.

Sekarang kita kembali dulu ketopik pembicaraan tentang menulis secara buruk. Saya tentu saja ingin sekali melihat Anda menghasilkan karya terbaik Anda. Dan Anda pun ingin menulis sebaik-baiknya. Karena itu saya menganjurkan kepada Anda agar tidak takut menulis buruk.

 


Berikutnya, bacalah! Jika Anda ingin tahu bagaimana caranya menulis novel best seller. Jika Anda ingin tahu cerita seperti apa yang mendapatkan pujian dari banyak orang-orang, bacalah cerita yang dipuji-puji oleh orang. Seorang penulis menyerap pengetahuan dari berbagai sumber dan sumber yang sangat penting adalah buku-buku yang ditulis oleh para pendahulu kita. Dari mereka, orang-orang yang lebih dulu menulis, kita belajar banyak hal.

Penulis yang tidak suka membaca, ia akan segera mengalami kemandekan (menjadi berhenti menulis) bahkan pada saat karya-karyanya masih terus bermunculan. Karena dari bacaan, orang-orang bisa mendapatkan gizi yang baik bagi pikiran kita. Dari bacaan orang, kita bisa mengenali strategi-strategi leterer yang dilakukan oleh seorang penulis untuk menggarap bahan yang ada padanya: Bagaimana ia menata kalimat, bagaimana ia membangun plot, bagaimana ia memperkuat suasana, bagaimana cara ia menyampaikan dan sebagainya.

Membacalah sebanyak-banyaknya! Menulislah sebanyak-banyaknya! Dan saran saya, Anda menulislah dengan cepat agar waktu Anda tidak habis hanya untuk mematung dan melamun mencari ide. Anda harus bisa menghasilkan tulisan yang banyak dalam waktu singkat, bukan sebaliknya, memboroskan banyak waktu dengan tulisan yang segitu-gitu saja dan tak bergerak kemana-mana. Jika Anda menulis sangat lambat dan terlampau banyak menimbang-nimbang, Anda akan cepat kelelahan dan tidak sanggup melakukan pekerjaan apapun lagi. Jika Anda menulis cepat, Anda masih punya banyak waktu untuk membaca, mengerjakan urusan sehari-hari, atau bersenang-senang dengan hal-hal lain yang Anda sukai.[]

“Harimau mati meninggalkan BELANG, gajah mati meninggalkan GADING, manusia mati meninggalkan TULISAN.”

Previous Post
Next Post

0 comments: