Selasa, 28 September 2021

Gus Mus Kyai Sastrawan


Oleh : Kang Rohman

Jika kita melihat pelangi, maka seperti itulah kehidupan KH. Musthofa Bisri, penuh warna dan keindahan yang menginspirasi kita generasi muda untuk mengikutinya. Beliau seorang kiai sekaligus sastrawan yang dilahirkan di Rembang Jawa Tengah pada 10 Agustus 1944 yang akrab kita kenal dengan nama Gus Mus, putra dari KH. Bisri Musthofa pengasuh PP. Roudlotuth Tholibin.

Gus Mus kecil memulai pendidikannya di SR selama 6 tahun, PP Lirboyo 2 tahun, PP Krapyak selama 4 tahun dan TPI (Taman Pelajar Islam) selama 2 tahun kemudian karena kepandaiannya dalam berbahasa arab, ia mendapatkan beasiswa di Universitas Al-Azhar Cairo (Mesir, 1964-1970)

Gus Mus yang suka membaca sejak kanak-kanak. Dimasa remaja tulisannya sudah banyak dimuat diberbagai media massa, diantaranya kompas. Pentas baca puisi pertama Gus Mus (tahun 1980-an) membuatnya naik daun dan dinobatkan sebagai penyair Indonesia dan satu-satunya penyair yang mampu berbahasa arab dengan baik. Bukan hanya itu, sajak-sajak Gus Mus pun telah mendunia. Salah satunya  kita bisa menemukan sajak-sajak Gus Mus di Universitas Hamburg Jerman. Sebagai seorang seniman, Gus Mus pun juga sangat mahir dalam hal melukis. Sudah 100 lebih lukisan Gus Mus yang dipamerkan dan mengundang decak kagum para seniman yang lain karena selain indah, lukisan Gus Mus juga mengandung makna-makna yang mencerminkan jiwa spiritual disetiap goresannya.

Dibidang study, Gus Mus merupakan orang yang terlatih dan disiplin dalam berorganisasi. Sewaktu kuliah di Al-Azhar Cairo beliau bersama KH. Syukri Zarkasi (sekarang pengasuh Ponpes Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur) pernah menjadi pengurus HIPPI (Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia) divisi olah raga. Di HIPPI pula Gus Mus berdua saja dengan Gus Dur mengelola majalah HIPPI.

Sepulang dari Al-Azhar Cairo, Gus Mus berkirah di PCNU Rembang (awal 1970-an), Wakil Katib Syuriyah PWNU Jawa Tengah (1977), Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, hingga Rais Syuriyah PBNU (1994,1999). Seorang ulama’ sekaligus seniman, penyair, pelukis, cerpenis yang mampu mengkolaborasikan jiwa spiritual-Nya dengan keindahan seni yang dimilikinya.

Previous Post
Next Post

0 comments: