Sejarah mengenai Partai Komunis Indonesia sangat komplek. Mulanya partai
ini berdiri dengan tujuan-tujuan yang baik bagi perkembangan Indonesia. Dalam
bentuk organisasi, Partai Komunis Indonesia didirikan tidak langsung
menggunakan nama tersebut. Karenanya, sebelum tahun 1966 PKI memiliki banyak
kader pendukung.
Orang-orang Indonesia mengenal PKI lewat kudetanya pada tahun 1965. Namun
sepak terjang PKI tidak hanya itu saja. PKI sudah pernah memberikan pengaruh
besar terhadap Indonesia. Tidak mudah untuk memadamkan pengaruhnya, bahkan
hingga saat ini. Kuku-kuku PKI masih menancap di beberapa jiwa kadernya yang
meski kelihatannya telah dibunuhi selalu menyisakan beberapa orang militan PKI.
Kebesaran PKI tidak hanya terdengar di dalam negeri saja. Nama besarnya
menempati urutan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah partai komunis
di Uni Soviet dan Cina. Partai ini bukan merupakan partai milik pemerintah. Namun
ia berhasil menggalang sekira 3 juta rakyat Indonesia pasca kemerdekaan untuk
bergabung di bawah sayap-sayapnya.
Organisasi PKI memang bukan sembarang organisasi. Setiap gerakannya tersusun
rapi dan terorganisir dengan baik. Sampai-sampai PKI berhasil menghidupi
organisasi-organisasi sayap (underbow)-nya yang digolongkan menjadi
organisasi para wanita bernama GERWANI, para pemuda (Pemuda Rakyat), para
pelajar (CGMI), para buruh (SOBSI), serta para petani (BTI).
PKI terkenal akan bendera palu aritnya yang membawa dominasi warna merah
sebagai lambang kekuasaan yang berani. PKI sendiri berafiliasi dengan komunis
internasional yang ketika itu mengusung ideologi Marxisme, Leninisme, dan Komunisme
hingga tahun 1943. Di mana ketika itu sejarah runtuhnya Uni Soviet belum
terbayangkan sama sekali karena saking kuatnya ketahanan komunis internasional
yang sempat berhasil menggentarkan kubu Amerika Serikat.
Komunis sendiri bahkan sempat menyusup ke tubuh kementerian Presiden
Soekarno yang mengakibatkan TNI angkatan darat masa Presiden pertama RI
tersebut terkontaminasi paham komunis. Sebagai buktinya, PKI pernah menjadi
salah satu partai politik non pemerintah yang dipercaya menyelenggarakan percaturan
politik di Indonesia bersama sejarah partai Masyumi, Nahdlatul Oelama, dan
sejarah Partai Nasional Indonesia (PNI).
Awal Berdiri
Partai Komunis Indonesia (PKI) awalnya berdiri dengan nama Indische
Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan oleh Henk Sneevliet.
Organisasi ini merupakan gabungan dari Partai Sosialis Belanda dengan SDAP yang
kemudian bersatu di bawah nama SDP Komunis yang beranggotakan 85 orang sosialis
di Hindia-Belanda. Pembentukan ini dilaksanakan pada tahun 1914 sebelum
Indonesia melakukan persiapan matang menuju kemerdekaan karena belum ada sejarah
BPUPKI, sejarah PPKI, dan sejarah
perumusan UUD 1945.
Ketika Indonesia ingin merdeka namun belum melakukan persiapan yang cukup untuk
meraihnya, ISDV datang sebagai pihak yang mendidik para pribumi. Didikan mereka
bertujuan untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan menjadi jiwa yang
merdeka di atas kaki sendiri. Mereka mengajari orang-orang Indonesia
membebaskan diri mereka sendiri dari belenggu kolonialisme yang saat itu masuk masa
penjajahan Belanda di Indonesia. Ide yang digunakan
mendidik adalah ide dari paham Marxisme.
Pada tahun-tahun awal berdirinya ISDV, dari 100-an anggota yang tergabung, hanya
3 orang yang merupakan pribumi asli Indonesia. Pada saat itu merupakan tahun
1915 ketika ISDV masih meletakkan kantornya di kota Surabaya dan setelah
melakukan pembentukan di Pelabuhannya setahun lalu.
Partai ini mulai membesar ketika markasnya pindah ke Semarang, Jawa Tengah.
Di sana mereka mendapatkan lebih banyak kader pribumi sebagaimana yang
diinginkan para sosialis Belanda ISDV. Para pribumi ini datang dari kalangan
agamis hingga nasionalis. Mereka tidak langsung menuntut kemerdekaan Indonesia.
Beraninya, Sneevliet memimpin tanpa basa-basi. Setelah mendapatkan banyak
kader pribumi, Sneevliet menyatakan terang-terangan kekecewaannya terhadap SDAP
Belanda. Pria tersebut juga tanpa sungkan mengungkapkan ketidak setujuannya
bergabung dalam Volksraad –sebuah Dewan Masyarakat Hindia Belanda.
Perpisahan dengan ISDV
Karena terjadi
reformasi di tubuh ISDV, lahirlah sebuah partai baru hasil pemisahan diri dari
ISDV bernama Partai Demokrat Sosial Hindia di tahun 1917. Jika sebelumnya ISDV
berbicara lewat surat kabar berbahasa Belanda yang berlabel Het Vrije Woord
(kata yang merdeka), setelah menjadi Partai Demokrat Sosial Hindia, Sneevliet
mendirikan surat kabar sendiri yang diberinya nama Soeara Merdeka. Pecahan ISDV
ini memutuskan hubungan dengan ISDV dan pemerintah Hindia-Belanda yang kolonial.
Karena memang sejak
awal berkiblat ke Uni Soviet, Partai Demokrat Sosial Hindia terus menggaungkan
pemikirannya akan kemerdekaan Indonesia dan merasa harus mengikuti jejak Uni
Soviet melakukan Revolusi Oktober. Karena partai baru ini bertekad keras, mereka
dengan cepat meraup sekitar 3000 anggota yang di antaranya mencakup para
militer Belanda dalam kurun waktu kurang dari setahun.
Pemberontakan menjadi
jalan mereka mengekspresikan opininya. Para tentara, pelaut dan anggota partai
dari beberapa profesi lain tersebut melakukan pemberontakan di pangkalan laut
Surabaya yang menjadi sentralnya pangkalan laut nusantara pada waktu itu. 3000
anggota Partai Demokrat Sosial Hindia yang memberontak tersebut diberi nama
‘Pengawal Merah’ yang kemudian membentuk dewan Soviet setelah pemberontakan
Surabaya.
Tentu saja diakibatkan
pemberontakan kepada pemerintah, para boss PDSH berurusan dengan polisi Belanda.
Tidak hanya dijebloskan ke penjara, Sneevliet bersama beberapa sahabatnya
dibuang ke negeri Belanda. Sementara orang-orang militer Belanda yang terlibat
dalam pemberontakan dipenjarakan selama 40 tahun kehidupannya.
Mewarnai Sarekat Islam
Meskipun dibendung oleh
pemerintah, ISDV dan pecahannya yang sudah menyebar luas di kalangan masyarakat
Hindia Belanda (Indonesia) tidak dapat begitu saja dimusnahkan. Sneevliet yang
sempat mengeluarkan pemikiran mengenai blok dalam untuk gerakan revolusioner
meraih kemerdekaan ternyata tidak dilupakan begitu saja. Beberapa tokoh Sarekat
Islam yang waktu itu memiliki pengaruh sangat besar di seluruh nusantara merasa
tertarik dengan pikiran Sneevliet. Waktu itu memang Sarekat Islam berpusat di
Surabaya, dengan begitu ada beberapa interaksi yang berlangsung dengan ISDV
maupun partai pecahannya.
Semaun dan Darsono
merupakan 2 tokoh Sarekat Islam yang datang dari Solo. Mereka sangat tertarik
dengan Sneevliet. Selanjutnya, Sarekat Islam menjadi rekan PDSH dalam bergerak.
Mereka terus berjalan meskipun beberapa pemimpinnya sudah dibuang ke Belanda. Di
tahun 1919, Sarekat Islam dengan PSDH telah beranggotakan sekira 400, di
antaranya adalah 25 orang Belanda.
Setahun setelahnya, PSDH
dan Sarekat Islam mendeklarasikan diri di Semarang dengan sebuah label bernama
Perserikatan Komunis di Hindia yang disingkat PDH. Tepatnya bulan Mei tahun
1920, kongres pembentukan itu mengangkat Semaun dan Darsono menjadi pemimpinnya.
Selanjutnya, PDH ini bergabung menjadi partai pertama di Asia yang melebur
dalam komunis internasional.
Bergabungnya PDH dengan
komunis internasional membuat mereka bertemu Sneevliet di sebuah kongres tahun
1921. Di tahun yang sama, KH. Agus Salim yang menjabat sebagai Sekretaris
Sarekat Islam merasa harus mengeluarkan tindakan tegas terhadap anggota SI yang
menjadi anggota ganda karena juga bergabung dengan PDH milik Semaun.
Sarekat Islam menjadi
pecah karena setiap anggotanya harus memilih satu keanggotaan saja. Mengikuti
Sarekat Islam yang memilih memperhatikan agama atau memperjuangkan kemerdekaan
dengan cara nasionalis bersama Semaun dan partainya. Karena sudah tidak terikat
dengan Sarekat Islam, Semaun mempertegas organisasinya dalam bentuk mengubah
nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun 1924.
Perjalanan Karir PKI
Perjalanan PKI yang sebelumnya sering berubah nama mulai dikenal orang
dengan satu identitas saja, PKI. PKI melakukan banyak pemberontakan terhadap
pemerintah. Berikut adalah perjalanan PKI dari awal terbentukanya.
- Pemberontakan Tahun 1926
Pemberontakan pertama
atas nama PKI ini dilaksanakan di Jawa Barat dan Sumatra Barat. Sayangnya, pemerintah
Belanda menanggapi terlalu emosional. Boven Digul di Papua menampung para
pemberontak yang dibuang. Beberapa orang yang dianggap berpotensi membahayakan
dibunuh oleh pemerintah dan sisanya dipenjara secara tidak manusiawi.
Bahkan pemerintah
Belanda sudah seperti keblingsatan menyikapi PKI yang menunjukkan jiwa
pemberontak kental. Di tahun 1927 pemerintah menyatakan dengan tegas bahwa PKI
merupakan organisasi terlarang yang setiap aktivitasnya dilarang. Karena
peraturan itulah, para kader PKI malah menyiapkan rencana pemberontakan di
bawah tanah (back street).
- Menyusup ke Organisasi Lain
Karena banyak
pemimpinnya yang dibuang pemerintah Belanda, PKI menjadi tidak garang lagi. Bersama
itu, Muso kembali ke Indonesia di tahun 1935 untuk mempersiapkan kebangkitan
PKI. Ia menggerakkan kader PKI agar menyusup ke organisasi pergerakan lainnya
dan ikut menciptakan sejarah bersama mereka. Misalkan sejarah Perhimpunan
Indonesia, sejarah
Gerindo, sejarah Partindo, dan sejarah Parindra.
- Perpolitikan Papan Atas
Di tahun 1948, sejarah
perjanjian Renville menghasilkan kesepakatan yang sangat merugikan wilayah Indonesia karena
semakin dipersempit. Kekecewaan ini menurunkan Amir Syarifudin dari jabatannya
dikabinet dan harus rela digantikan oleh kabinet Hatta.
Amir Syarifudin yang
kecewa meluapkan dengan cara membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) tanggal 28
Juni 1948. FDR merencanakan kudeta terhadap pemerintahan yang berkuasa dengan
menggandeng PKI. Bahkan Muso kembali ke Indonesia dan mengendalikan PKI secara
penuh setelah lama melindungi diri di Moskow, Uni Soviet.
Aksi yang dilaksanakan
oleh kolaborasi FDR bersama PKI adalah teror, pemogokan, propaganda anti
pemerintah, adu domba antar anggota dan pejabat militer. Semua aksi yang
dilakukan bertujuan memperburuk kondisi politik agar merugikan Presiden
Soekarno. Gabungan ini menginginkan hancurnya NKRI yang susah payah
memproklamasikan kemerdekaan sendiri agar terlepas dari masa
penjajahan Jepang di Indonesia.
FDR-PKI menghendaki
sebuah negara Indonesia baru yang menggunakan asas komunis. Mereka melakukan
aksi kerusuhan di Madiun tanggal 18 September 1948. Pemberontakan ini berhasil
memperparah keadaan karena para militer resmi di TNI sedang menghadapi agresi
dari Belanda. Bersamaan dengan itu, rakyat Indonesia berbalik membenci PKI
akibat kenekatannya membunuh para alim ulama, dan beberapa tokoh.
Setelah berperang
melawan PKI dengan keras, TNI dan polisi berhasil menghilangkan nyawa Muso
sebagai tokoh utama yang mendalangi peristiwa Madiun. Sementara Amir Syarifudin
dan beberapa pejabat FDR-PKI dibunuh melalui hukuman mati.
- Tahun 1950
Setelah vakum dari
dunia perpolitikan Indonesia, PKI bangkit lagi dengan wajah baru. Mereka hadir
lewat surat kabar Harian Rakyat dan Bintang Merah. Mereka pun mendukung
kebijakan-kebijakan Presiden Soekarno yang menentang keras kolonialisme dan
beberapa kebijakan negara Eropa.
PKI 1950 tampil dengan
pemimpin baru, Dipa Nusantara Aidit yang membelokkan PKI menjadi partai
nasionalis lagi. Para pemuda seperti D. N Aidit memimpin PKI dengan semangat
membara hingga berhasil meraup simpati rakyat sampai ratusan ribu. PKI pun
mulai berani melakukan pemogokan dan aksi-aksi sepihak lainnya. Akibatnya, nama
PKI kembali redup.
Di tahun 1955, tanpa
disangka-sangka PKI menempati urutan keempat dari hasil Pemilu. Kemenangan ini
mengantarkan PKI menjadi partai yang berperan secara nasional di dunia politik
resmi Indonesia. Di tahun 1957-an PKI membuat para buruh menguasai unit-unit
ekonomi yang sebelumnya dipegang Belanda. Mereka berhasil menunjukkan perannya
sebagai partai nasional. Kemudian PKI terus menunjukkan prestasinya sebagai
partai kepercayaan rakyat.
- Tahun 1960
Di tahun 1960 PKI
semakin besar kepala karena Presiden Soekarno membuat konsep NASAKOM
(Nasionalis, Agama, Komunis). Dengan begitu, konsep komunisme di Indonesia
menjadi terlembaga. PKI semakin dekat dengan Soekarno dan merasuk ke tubuh
pemerintahan. Pendukungnya mencapai seperlima dari seluruh penduduk Indonesia
waktu itu.
Namun pada
perkembangannya, PKI menghendaki para buruh dan tani dipersenjatai. Keinginan
ini jelas mencurigakan. TNI AD merasa was-was atas keinginan PKI yang merasa
harus sama dengan partai komunis di negeri Tiongkok. TNI AD takut PKI menyalahi
amanah senjata jika dikabulkan.
Berlanjut atas ketidak puasan
PKI atas beberapa kebijakan Presiden Soekarno, mereka merencanakan suatu
pengkhianatan besar. Di tahun 1965 tanggal 30 September dini hari, PKI di bawah
pimpinan D. N Aidit dan Syam Kamaruzzaman melakukan pembunuhan berencana
terhadap 7 dewan jenderal yang menjadi pahlawan revolusi Indonesia.
Aksi pembantaian di
lubang buaya tersebut menewaskan 7 orang Jenderal besar Indonesia kecuali
Jenderal Ahmad Haris Nasution. Sejarah
G30SPKI ini membuat nama PKI buruk lagi di mata masyarakat. TNI AD pun segera
mengambil tindakan permusuhan terang-terangan kepada PKI.
Puncaknya adalah
pelarangan organisasi PKI serta aksi pembersihan PKI sampai ke akar-akarnya di
tahun 1966 oleh Presiden Soeharto dan orde barunya yang sangat sensitif terhadap
PKI. Dengan demikian, berakhirlah riwayat PKI di Indonesia karena siapapun yang
tertuduh PKI akan dihukum tanpa diadili sebelumnya.
0 comments: