Selasa, 14 September 2021

Puisi: Bayang yang hilang, Candu, Hujan

 


Bayang yang hilang

Oleh : Kang Yahya Shohibul Qohwah

 

Demi fajar yang berpendar

Aku menatapnya dengan mata nanar

Kini wajahmu tak lagi memancar

Sudah hilang tak berkadar

Bagai kertas yang terbakar

 

Aku tetap disini

Tertegun berdiri

Menunggu bayangmu mencuat

Dari mentari pagi

Dari burung - burung kecil

Yang bernyanyi

Pun dari pohon - pohon yang menari

 

Pada detik detik yang melambai

Jatuh bangun harapanku berlari menggapai

Namun bayangmu tak dapat lagi kucapai

 

Biar !

Biar rasaku hilang !

Biar rinduku malang !

Biar semua harap bergelimpang !

Dan bayang wajahmu terbuang dalam kenang !

Lirboyo, 23 - 10 – 2018

Candu

Oleh : Si51

Kamu itu

Menyerang akalku tiada henti

 

Kamu itu

Menjelma oksigen yang selalu kuhirup

Memenuhi rogga paru-paru yang menjadi pekat

 

Kamu itu

Menyelinap di setiap celah – celah sempit hati

Menikam tanpa ampun

Mengikat tanpa ikatan

Menyerbu  tanpa serdadu

 

Gila !!!

Kau bakar aku dengan api cintamu yang semu

Kau tarik aku dengan pesonamu yang majemuk

Kediri, 18 september 2018

 

HUJAN

Oleh : Ricky ‘’Bokir’’ Ahmad Fauzi *

Kenapa awan desember ini

Keringngatnya menetes disana-disini

Membuat ramai genting bergosip

Seperti kupingku di obrak-abrik

 

“Aku hanya ingin adinda” katanya

 

Mana mungkin berlabuh

Wanita sulit di rengkuh

Pada hati yang sedang berteduh

Di bawa kosa kata piluh

 

“Aku hanya ingin adinda” katanya lagi

 

Telah kutitipkan kabar pada asap rokok

Utusanmu yang kunamai hujan

Berhianat mencium pipi adinda

Di sudut malam bagian Indonesia bagian rusuh

* Siswa kelas 3 ‘Aliyyah MHM Kamar 23

Previous Post
Next Post

0 comments: