Ada pepatah mengatakan “Menguasai
bahasa berarti memenguasai dunia”. Di era penjajahan Jepang, kelihaian Idham
berbahasa Jepang membuat pihak jepang sering memintanya sebagai penerjemah
dalam pertemuan dengan para tokoh-tokoh NU. Dari situlah KH.Idham Cholid mulai
akrab dengan tokoh-tokoh NU. Ketika Jepang kalah perang dan sekutu masuk
Indonesia, KH.Idham Cholid aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
baik dalam bidang politik maupun pemberontakan-pemberontakan terhadap penjajah.
Setelah Indonesia merdeka, KH.Idham Cholid diangkat menjadi anggota parlemen RI
mewakili Kalimantan. Tahun 1950 KH.Idham Cholid terpilih lagi menjadi anggota
DPRS mewakili Masyumi. KH.Idham Cholid mulai aktif dalam NU, ketika NU melepaskan diri dari
Masyumi pada tahun 1955 dan mulai berkhidmah di NU dalam konsolidasi internal
ke daerah-daerah.
KH.Idham Cholid mengabdikan
dirinya di NU dengan aktif di GP Anshor. Di tahun 1952, KH.Idham Cholid diangkat
sebagai ketua PB Ma’arif (Organisasi sayap NU dalam bidang pendidikan).
Sepanjang tahun 1952-1955, KH.Idham Cholid yang juga duduk dalam majelis
pertimbangan polotik PBNU, sering mendampingi Rais ‘Am K.H. Wahab Hasbulloh
berkeliling ke seluruh cabang NU di Nusantara. Pada Muktamar NU ke-21 di Medan
bulan Desember tahun 1955 , KH.Idham Cholid terpilih menjadi ketua umum PBNU.
Saat mengemban amanah menjadi orang nomor 1 di NU beliau masih berumur 34 tahun
dan menjabat menjadi ketua PBNU hingga tahun 1984 sekaligus menjadikannya orang
terlama yang menjadi ketua umum PBNU selama 28 tahun.
0 comments: