Kopi merupakan
minuman yang sangat nikmat disajikan di segala kondisi. Kopi juga memiliki cita
rasa yang khas yang sangat melekat di lidah penikmatnya. Kopi juga terbukti
mengandung unsur kimia yang bisa menolak rasa kantuk dan ini sangat berfaedah
sekali bagi orang yang ingin bergadang atau memiliki aktifitas malam hari.
Setiap daerah memiliki
jenis atau khas kopi tersendiri. Apalagi Indonesia merupakan penghasil kopi
terbesar nomor 4 di dunia. Ini suatu kebanggaan dan masyarakat khususnya santri
harus tahu itu. Bahwa pesantren merupakan tempat tumbuh kembang budaya “ngopi”,
jauh sebelum uforia dunia kopi masuk dan menjangkiti masyarakat Indonesia saat
ini.
Ini berbanding
lurus dengan apa yang dikatakan Habib Umar Muthohar, ulama kharismatik NU dari
Semarang. Menurut beliau, kopi itu minuman kesukaan para wali, Saking
membuminya kopi di lingkungan pesantren, almarhum KH Abdurahman Wahid atau
biasa disapa Gus Dur sampai membuat petuah kehidupan yang diambil dari filosofi
kopi.
Menurut Gus Dur,
minuman kopi itu terdiri dari tiga unsur, yakni kopi, gula dan rasa. Jika kopi
terlalu pahit siapa yang salah? Gula-lah yang disalahkan, karena terlalu
sedikit hingga “rasa”kopi pahit. Jika kopi terlalu manis, siapa yang
disalahkan? Gula lagi, karena terlalu banyak hingga “rasa”kopi manis. Jika
takaran kopi dan gula seimbang, siapa yang dipuji? Tentu semua akan berkata,
kopinya mantap. Kemana gula yang mempunyai andil membuat “rasa” kopi menjadi
mantap. Mari Ikhlas seperti gula yang larut tak terlihat tapi sangat bermakna.
Gula pasir memberi rasa manis pada kopi, tapi orang menyebutnya kopi manis
bukan kopi gula. Gula pasir memberi rasa manis pada teh, tapi orang menyebutnya
teh manis bukan teh gula.
Orang menyebut
roti manis, bukan roti gula. Orang menyebut sirup pandan, sirup apel, sirup
jambu, padahal bahan dasarnya gula. Tapi gula tetap ikhlas larut dalam memberi
rasa manis. Namun apabila berhubungan dengan penyakit, barulah gula disebut
penyakit gula. Begitulah hidup, kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah
disebut orang, tapi kesalahan akan dibesar-besarkan.
“Ikhlaslah seperti gula. Larutlah seperti gula. Tetap semangat
memberi kebaikan. Tetap semangat menyebar kebaikan, karena kebaikan tidak untuk
disebut, tapi untuk dirasakan. Itu pesan guru bangsa dari secangkir kopi,”
Ada juga yang
menganggap kopi (qohwah) mirip dengan nama khomer, maka ulama memberikan
jawaban dalam kitab inasus Shofwah sebagai berikut ; "Penamaan qohwah bagi
sebagian orang dianggap menyerupai nama khomer, tentu tuduhan ini tidak
mendasar karena tidak harus kesamaan nama juga menunjukkan sama maknanya,
bahkan para sholihin dan shadat membuktikan bahwa kopi digunakan
untuk beribadah kepada Allah SWT."
Dalam Tarikh Ibnu Toyyib dikatakan:
يا قهوة تذهب هم الفتى # انت لحاوى العلم نعم المراد
شراب اهل الله فيه الشفا # لطالب الحكمة بين العباد
حرمها الله على جاهل # يقول بحرمتها بالعناد
"Kopi adalah penghilang kesusahan pemuda, senikmat-nikmatnya
keinginan bagi engkau yang sedang mencari ilmu. Kopi adalah minuman orang yang
dekat pada Allah didalamnya ada kesembuhan bagi pencari hikmah diantara
manusia. Kopi diharamkan bagi orang bodoh dan mengatakan keharamannya dengan
keras kepala.”
0 comments: