Selasa, 31 Agustus 2021

Ada Apa Dengan Gula pada Kopi? Simak Filosofinya.....

 


            Kopi merupakan minuman yang sangat nikmat disajikan di segala kondisi. Kopi juga memiliki cita rasa yang khas yang sangat melekat di lidah penikmatnya. Kopi juga terbukti mengandung unsur kimia yang bisa menolak rasa kantuk dan ini sangat berfaedah sekali bagi orang yang ingin bergadang atau memiliki aktifitas malam hari.

            Setiap daerah memiliki jenis atau khas kopi tersendiri. Apalagi Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar nomor 4 di dunia. Ini suatu kebanggaan dan masyarakat khususnya santri harus tahu itu. Bahwa pesantren merupakan tempat tumbuh kembang budaya “ngopi”, jauh sebelum uforia dunia kopi masuk dan menjangkiti masyarakat Indonesia saat ini.

            Ini berbanding lurus dengan apa yang dikatakan Habib Umar Muthohar, ulama kharismatik NU dari Semarang. Menurut beliau, kopi itu minuman kesukaan para wali, Saking membuminya kopi di lingkungan pesantren, almarhum KH Abdurahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur sampai membuat petuah kehidupan yang diambil dari filosofi kopi.

            Menurut Gus Dur, minuman kopi itu terdiri dari tiga unsur, yakni kopi, gula dan rasa. Jika kopi terlalu pahit siapa yang salah? Gula-lah yang disalahkan, karena terlalu sedikit hingga “rasa”kopi pahit. Jika kopi terlalu manis, siapa yang disalahkan? Gula lagi, karena terlalu banyak hingga “rasa”kopi manis. Jika takaran kopi dan gula seimbang, siapa yang dipuji? Tentu semua akan berkata, kopinya mantap. Kemana gula yang mempunyai andil membuat “rasa” kopi menjadi mantap. Mari Ikhlas seperti gula yang larut tak terlihat tapi sangat bermakna. Gula pasir memberi rasa manis pada kopi, tapi orang menyebutnya kopi manis bukan kopi gula. Gula pasir memberi rasa manis pada teh, tapi orang menyebutnya teh manis bukan teh gula.

            Orang menyebut roti manis, bukan roti gula. Orang menyebut sirup pandan, sirup apel, sirup jambu, padahal bahan dasarnya gula. Tapi gula tetap ikhlas larut dalam memberi rasa manis. Namun apabila berhubungan dengan penyakit, barulah gula disebut penyakit gula. Begitulah hidup, kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah disebut orang, tapi kesalahan akan dibesar-besarkan.

“Ikhlaslah seperti gula. Larutlah seperti gula. Tetap semangat memberi kebaikan. Tetap semangat menyebar kebaikan, karena kebaikan tidak untuk disebut, tapi untuk dirasakan. Itu pesan guru bangsa dari secangkir kopi,”

            Ada juga yang menganggap kopi (qohwah) mirip dengan nama khomer, maka ulama memberikan jawaban dalam kitab inasus Shofwah sebagai berikut ; "Penamaan qohwah bagi sebagian orang dianggap menyerupai nama khomer, tentu tuduhan ini tidak mendasar karena tidak harus kesamaan nama juga menunjukkan sama maknanya,  bahkan para sholihin dan shadat membuktikan bahwa kopi digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT."

Dalam Tarikh Ibnu Toyyib dikatakan:

يا قهوة تذهب هم الفتى # انت لحاوى العلم نعم المراد
شراب اهل الله فيه  الشفا # لطالب الحكمة بين العباد
حرمها الله على جاهل # يقول بحرمتها بالعناد

"Kopi adalah penghilang kesusahan pemuda, senikmat-nikmatnya keinginan bagi engkau yang sedang mencari ilmu. Kopi adalah minuman orang yang dekat pada Allah didalamnya ada kesembuhan bagi pencari hikmah diantara manusia. Kopi diharamkan bagi orang bodoh dan mengatakan keharamannya dengan keras kepala.”

Previous Post
Next Post

0 comments: