Selasa, 17 Agustus 2021

Ada Apa Dengan Bulan Muharrom?

#Sejarah

            Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (bahasa Arab:التقويم الهجري;at-taqwim al-hijri) adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Dibeberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-sehari. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (Kalender Masehi) yang menggunakan peredaran matahari.

            Penentuan dimulainya sebuah hari atau tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari atau tanggal dimulai pada pukul 00. 00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriyah, sebuah hari atau tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut.

            Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata siklus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunya adalah (12 x 29, 53059 hari =354, 36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.

            Faktanya siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan pada Kalender Hijriyah bergantung pada posisi bulan, bumi, dan matahari. Usia bulan yang menncapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon)di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, serta pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak tedekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya matahari (aphelion), dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak menetap melainkan berubah-ubah (29-30 hari)sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (bulan, bumi, dan matahari).

            Penentuan awal bulan (new moon)ditandai dengan munculnya penampakan (visitabilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtima’). Pada fase ini, bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. TIdak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.

#Keutamaan

            Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bukan yang dimuliakan Allah. Empat bulan tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

            Kata muharram artinya “dilarang”. Sebelum datangnya ajaran Islam, Bulan Muharram sudah dekenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyyah. Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang, kemuliaan bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi Jahiliyyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang. Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (syahrullah). Beribadah pada bulan haram pahalanya dilipat gandakan dan bermaksiat dibulan ini dosanya dilipat gandakan pula. Pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan nabi Musa as dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakanmya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah Saw menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai bentuk syukur atas pertolongan Allah. Masyarakat Jahiliyyah sebelumnya juga berpuasa. Puasa 10 Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah menjadi sunah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan. 

 

#Tradisi Nusantara

1. Aceh

            Provinsi yang memiliki sebutan Serambi Mekkah ini memiliki tradisi peringatan 1 Muharram yang khas. Warga Aceh menganggap Bulan Muharram sebagai bulan untuk merenung. Hal ini karena mereka mengenang kematian cucu Nabi Muhammad (yaitu Sayyid Husain) yang terbunuh di Karbala pada bulan tersebut.

2. Pangkalpinang

            Warga Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka, merayakan tahun baru hijriyah dengan menggelar acara makan bersama yang disebut Makan Besar. Acara ini biasanya diadakan di masjid setempat.

3. Bengkulu

            Di Bengkulu, tahun baru hijriyah dirayakan dengan mengadakan Festival Tabot. Difestival ini, warga mengarak sebuah benda raksasa bernama Tabot. Perayaan ini diprakarsai oleh Syekh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo dan telah dilakukan sejak tahun 1685. Seperti halnya di Aceh, Festival Tabot bertujuan untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad yang meninggal pada Bulan Muharram

4. Surakarta

            Surakarta memiliki tradisi unik dalam merayakn 1 Muharram. Keraton Surakarta mengadakan tradisi mengarak Kebo Bule (Kerbau Albino) yang dianggap keramat. Kerbau yang diberi nama Kyai Slamet ini diarak mengelilingi Kota Surakarta.

Previous Post
Next Post

0 comments: